RADARRIAUNET.COM - Kepala Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Iskandar Zulkarnain menyebut ratusan bahasa ibu di Indonesia terancam punah. Pasalnya, kelestarian bahasa etnik dan jumlah penutur mengalami penurunan.
"Jumlah penutur di Sumba dan Sulbar sudah hampir punah. Inilah tugas kami untuk mengembangkan dan mempelajari bahasa asli," kata Iskandar saat melepas peneliti Ekspedisi Widya Nusantara (Ewin) 2016 di gedung LIPI, Gatot Subroto, Jakarta Pusat, Jumat (8/4/2016).
Dia menjelaskan, punahnya bahasa ibu juga dipengaruhi dari bahasa luar daerah yang diadopsi secara masal. Menurutnya, masyarakat lokal yang sudah menyadari perkembangan zaman lambat laun akan meninggalkan bahasa leluhur.
"Kami akan meneliti bagaimana perubahan itu masuk, seberapa cepat mempengaruhi dan bagaimana masyarakat bertahan dari pengahrun luar," ungkap dia.
Oleh sebab itu, LIPI tegerak mengadakan Ekspedisi Widya Nusantara (EWIN) 2016 ke Sumba dan Sulbar guna melestarikan bahasa-bahasa etnik yang terancam punah.
Beberapa bahasa itu antara lain, bahasa Aputai, Burumakok, Duriankere, Emplawas, Kaibobo, Kanum, Badi, Kayupulau, Kembra dan Kwerisa. Selain itu, ada bahasa Lengilu, Lolak, Melayu Bacan, Mandar, Massep, Mlap, Morori, Namla, Paulohi, Petjo, Ratahan, Salas, Taje, Tobati dan Woria.
mtvn/ rrn