WWF Indonesia Sayangkan Aksi Pembalakan Liar di Kawasan Hutan Lindung Zamrud Siak

Administrator - Senin, 19 Oktober 2015 - 09:53:39 wib
WWF Indonesia Sayangkan Aksi Pembalakan Liar di Kawasan Hutan Lindung Zamrud Siak

PEKANBARU (RRN) - Aksi penebangan pohon secara liar, atau yang dikenal dengan istilah illegal logging, kembali terjadi di kawasan hutan lindung Zamrud, di kecamatan Dayun Siak, Riau. Selain pembalakan liar, di kawasan ini juga terjadi kebakaran yang menghabiskan lebih dari 600 hektare lahan. Kejadian ini menjadi sorotan banyak pihak termasuk dari organisasi dunia World Wildlife Fund (WWF) Indonesia.


Sunarto, selaku Tiger and Elephant Specialist WWF-Indonesia yang berkedudukan di Jakarta, menyampaikan keprihatinanya atas kejadian pembalakan liar dan karhutla di Riau, khususnya yang terjadi di kawasan hutan lindung Zamrud Siak. "Saya tidak tahu secara detil, namun yang namanya hutan lindung seharusnya dijaga dengan baik, tidak ada lagi tindakan yang menjurus pembalakan, kalau pelakunnya tidak ada izin, ya otomatis ilegal, seharusnya aparat penegak hukum bisa lebih tegas," ungkap Sunarto kepada awak media.


Dampak dari pembalakan liar ataupun pembakaran lahan dan hutan, menurut Sunarto bukan hanya ke manusia saja, tapi juga berkenaan dengan penghuni hutan seperti binatang dan tumbuhan. "Dari sudut kami sebagai organisasi dunia, dampaknya akan berimbas kepada kelangsungan hidup bagi hewan di sana. Minimal mereka pasti terganggu dengan aktivitas manusia, dan selanjutnya kemungkinan mereka kehilangan habitat," ungkap Sunarto yang mengaku, sedang berada di Bogor, Jawa Barat.


Dirinya juga merasa sangat prihatin dengan satwa yang terdampak akibat perbuatan jahat manusia, dengan melakukan tindakan atau perusakan terhadap lingkungan. "Satwa itu sama seperti kita mas, hanya saja bedanya mereka tidak punya pikiran, dengan adanya pembakaran lahan, dampak asapnya ini juga mengganggu sistem pernafasan mereka, dan mirisnya lagi mereka tidak lagi punya rumah yang aman untuk berlindung, mereka tidak bisa memakai masker apalagi mengungsi di ruangan ac dan fasilitas filter penjernih ruangan seperti manusia," tukasnya.


Dan yang lebih parahnya lagi, menurut Sunarto, kebakaran merupakan indikasi proses perampasan habitat penghuni hutan. "Mereka itu tidak survive dari api dan asap, mereka harus siap-siap untuk mengalami kompetisi yang ketat atas sumberdaya ruang, termasuk pakan dan lainnya untuk bertahan hidup. Itu yang terjadi di tingkat individu, sedangkan pada tingkat populasi, tentu akan berdampak jangka panjang yang sangat buruk," pungkasnya.


Dia berharap, agar pemerintah baik pusat maupun daerah, memberikan sanksi hukum yang tegas, kepada para pelaku baik itu perorangan maupun korporasi, agar tidak lagi terjadi kejadian serupa dikemudian hari. (teu/grc)