JAKARTA (RRN) - Bom ganda meledak di luar stasiun kereta api utama di ibukota Turki, Ankara menewaskan sedikitnya 20 orang pada Sabtu (10/10) ketika aksi unjuk rasa yang dihadiri ratusan orang tengah berlangsung.
Dilaporkan Reuters, pemerintah Turki menyebut serangan ini sebagai aksi terorisme. Seorang wartawan Reuters melihat setidaknya 20 jenazah terbaring di jalanan dan hanya ditutupi oleh bendera dan spanduk pada demonstran sesaat setelah ledakan. Ceceran darah pun terlihat di berbagai sudut jalan.
Dua pejabat senior yang tak mau disebutkan namanya menyatakan kepada Reuters bahwa pihak berwenang tengah menyelidiki dugaan bahwa serangan ini diluncurkan oleh seorang pelaku bom bunuh diri.
•
Perdana Menteri Turki, Ahmet Davutoglu dijadwalkan untuk mengadakan pertemuan darurat dengan para kepala polisi dan badan intelijen serta pejabat senior lainnya untuk membahas serangan ini.
Saksi mata menyatakan bahwa dua ledakan terjadi hanya terpisah beberapa detik sekitar pukul 10 pagi waktu setempat, ketika ratusan demonstran tengah berunjuk rasa yang direncanakan digelar secara "damai" untuk memprotes konflik antara pasukan keamanan Turki dan kelompok militan Kurdi di wilayah tenggara Turki.
Kekerasan antara militer pemerintah dan kelompok militan Partai Pekerja Kurdistan (PKK) berkobar sejak Juli lalu, ketika Turki melancarkan serangan udara di sejumlah kamp militan, membalas serangan terhadap pasukan keamanan yang meningkat. Konflik ini sudah menewaskan ratusan orang.
Para demonstran yang berhasil selamat kemudian terlihat merawar para korban luka yang tergeletak di jalan. Sementara ratusan orang lainnya panik dan berlarian. terdapat sejumlah jenazah hingga jarak 20 meter dari pusat ledakan.
Serangan ini terjadi tiga pekan menjelang pemilihan parlemen di Turki. Selain serangan dari kelompok militan, Turki kini juga tengah menghadapi berbagai ancaman dari kelompok militan negara tetangga Suriah, termasuk ISIS.
Turki, yang merupakan negara anggota NATO, dibekap sejumlah kekerasan sejak "perang melawan teror" dimulai pada Juli lalu, termasuk serangan udara melawan ISIS di Suriah dan perang dengan PKK di Irak utara. Turki juga telah menangkap ratusan tersangka militan di rumah.
Ditunjuk sebagai kelompok teroris oleh Turki, Amerika Serikat dan Uni Eropa, PKK meluncurkan pemberontakan separatis pada tahun 1984, menewaskan lebih dari 40 ribu orang tewas.
Turki menawarkan pembicaraan damai dengan pemimpin PKK yang dipenjarakan pada 2012. Serangkaian gencatan senjata meredam aksi kekerasan berkobar lagi pada bulan Juli lalu. (ama/fn)