Kelenteng Sam Poo Kong, Simbol Keakuran Etnis Lokal dan Tionghoa

Administrator - Senin, 12 Oktober 2015 - 15:11:00 wib
Kelenteng Sam Poo Kong, Simbol Keakuran Etnis Lokal dan Tionghoa
infotionghoa

RADAR TIONGHOA - Semarang, ibukota Propinsi Jawa Tengah menyimpan berbagai tempat wisata menarik dan bersejarah. Diantaranya Tugu Muda, Simpang Lima, Lawang Sewu, Museum Ronggowarsito dan beberapa bangunan tua peninggalan Belanda. Namun ada satu tempat menarik yang wajib dikunjungi karena memiliki mata rantai sejarah yang menarik yakni  Kelenteng Sam Poo Kong.


Kelenteng yang terkenal di Semarang dan menarik wisatawan selain bangunannya yang sudah ratusan tahun, keunikan kelenteng ini ada pada kisah Laksamana Muslim Cheng Ho. Kelenteng bersejarah ini menyimpan kisah Laksamana Cheng Ho yang merupakan seorang muslim dan umur kelentengnya lebih dari 600 tahun!
Dilongok dari situs resmi Pariwisata Indonesia, Laksamana Cheng Ho saat itu sedang berlayar melewati Laut Jawa. Ketika itu, seorang anak buahnya bernama Wang Jinghong jatuh sakit, sehingga dia memerintahkan untuk berlabuh di kawasan pantai utara Semarang.


Sedikit mengulas Laksamana Cheng Ho, dia adalah seorang muslim dan pelaut yang berlayar ke berbagai negara antara tahun 1405 hingga 1433. Sejarahnya, Cheng Ho pernah berlayar ke Jawa, Palembang, Malaka, Arab, India, dan konon hingga ke Amerika. Dia berlayar bukan untuk berperang demi menaklukan suatu daerah, tapi untuk perdamaian dan menjalin persahabatan dengan kerajaan-kerajaan yang dikunjunginya.


Setelah mendarat di kawasan pantai utara di Semarang, Laksamana Cheng Ho lantas menyuruh anak buahnya mendirikan rumah ibadah yaitu masjid yang lambat laun berubah fungsi menjadi kelenteng. Namun, ada versi lain menceritakan kalau Laksamana Cheng Ho memang membangun masjid dan kelenteng di tempat yang disinggahinya di Semarang itu.


Kelenteng yang kemudian dikenal dengan nama Kelenteng Sam Poo Kong ini berada di kawasan Simongan, Semarang bagian barat. Seiiring dengan perkembangan kelenteng, maka semakin banyak masyarakat Tionghoa dari Tiongkok datang ke Semarang.


Dari dulu hingga kini, masyarakat asli Semarang dan Tionghoa pun hidup dengan akur dan berdampingan. Hal tersebut pun tak lepas dari perjalanan Laksamana Cheng Ho ke Jawa. Misinya untuk menyebarkan perdamaian dan menjalin persahabatan pun terbukti berhasil. Tak hanya itu, Laksamana Cheng Ho juga sempat menyebarkan ajaran Islam dan bercocok tanam pada masyarakat setempa


Bentuk Kelenteng Sam Poo Kong berbeda dengan bentuk bangunan kelentang pada umumnya. Bentuk bangunan kelenteng merupakan bangunan tunggal beratap susun. Lalu, pada bagian tengah terdapat ruang pemujaan Sam Po dan tidak memiliki serambi yang terpisah.


Kelenteng Sam Poo Kong juga disebut Gedong Batu, karena bentuknya merupakan sebuah gua batu besar yang terletak pada sebuah bukit. Di dalam komplek kelenteng ini terdapat anjungan, yakni kelenteng Besar dan Gua Sam Poo Kong, kelenteng Tho Tee Kong, dan empat tempat pemujaan.


Di kelenteng ini juga terdapat Patung Laksamana Cheng Ho. Patung yang dibuat dari perunggu ini punya tinggi 10,7 meter dan berat mencapai 3,7 ton. Mau kenal Laksamana Cheng Ho lebih dekat? Anda bisa melihat perjalanannya yang terpahat dalam dinding terowongan kelenteng.


Komplek Klenteng Sam po Kong terdiri atas sejumlah anjungan yaitu Klenteng Besar dan gua Sam Po Kong, Klenteng Tho Tee Kong, dan empat tempat pemujaan (Kyai Juru Mudi, Kayai Jangkar, Kyai Cundrik Bumi dan mbah Kyai Tumpeng). Klenteng Besar dan gua merupakan bangunan yang paling penting dan merupakan pusat seluruh kegiatan pemujaan. Gua yang memiliki mata air yang tak pernah kering ini dipercaya sebagai petilasan yang pernah ditinggali Sam Po Tay Djien (Zheng He)


Komplek Kelenteng Sam Poo Kong yang luas pun bakal membuat Anda seolah sedang berada di Negeri China. Datanglah ke Kelenteng Sam Poo Kong untuk tahu kisah Laksamana Cheng Ho lebih dalam dan jangan lupa mengabadikan kelentengnya dalam kamera. (inf/fn)