Pengamat: Kudeta Ciptakan Perdamaian Semu di Thailand

Administrator - Senin, 12 Oktober 2015 - 13:59:17 wib
Pengamat: Kudeta Ciptakan Perdamaian Semu di Thailand

JAKARTA (RRN) - Pakar politik dari Universitas Thammasat, Chaiwat Satha-Anand memaparkan bahwa Thailand saat ini memiliki perdamaian yang semu, karena berbagai konflik yang ada diselesaikan secara tertutup oleh pemerintahan junta militer.

"Saya menyebut kondisi ini orginized peacelessness, kondisi di mana sebenarnya perdamaian tidak tercipta, tetapi karena diorganisir dengan begitu baik, Thailand saat ini terlihat damai," kata Chaiwat ketika ditemui awak media  di Jakarta, Sabtu (10/10)

Chaiwat, yang menjabat sebagai Direktur Pusat Informasi Perdamaian di Fakultas Ilmu Politik Universitas Thammasat di Bangkok ini mengaku khawatir karena di bawah pemerintahan junta militer saat ini berbagai konflik tidak dibiarkan menguak ke permukaan.

Bahkan, lanjut Chaiwat, media di Thailand tidak dapat berjalan dengan baik karena tak bisa bicara jujur tentang kinerja pemerintahan.

Chaiwat menilai kondisi ini berbahaya. "Saya khawatir akan kekuasaan yang terus-menerus dipegang oleh militer. Saya khawatir ada konflik besar yang menunggu untuk meluap suatu hari nanti akibat kontrol militer yang berlangsung lama. Saya khawatir akan banyaknya fakta yang ditutup-tutupi oleh pemerintahan," ujar Chaiwat.

•    
Chaiwat menilai ketika konflik terus tidak tertangani dengan baik produktif dan kreatif, maka akan terjadi penumpukan konflik yang akan meletus secara tiba-tiba.

"Memang orang tak lagi turun ke jalan. Tapi bukan berarti keamanan telah tercipta. Konflik diorganisir dengan baik, sehingga tidak terlihat publik," kata Chaiwat.

Menurut Chaiwat, solusi terbaik adalah memberikan ruang agar konflik yang ada diketahui oleh publik, tetapi setelah itu harus segera diselesaikan.

"Harus ada breathing space, memberikan ruang agar konflik tersebut dapat mengemuka dan setelahnya ditangani secara produktif," kata Chaiwat.

Hal yang wajar

Thailand memiliki sejarah panjang kudeta militer. Pertama kali terjadi pada 24 Juni 1932 ketika Revolusi Siam meletus, Thailand tercatat diterpa kudeta selama 11 kali, hingga yang teranyar tahun 2014 lalu.

Karena perpindahan kekuasan kerap terjadi melalui kudeta di Thailand, Chaiwat menyatakan kudeta kini menjadi hal yang wajar di Thailand.

"Kudeta membuat warga Thailand tak lagi optimis terhadap proses politik yang normal. Ini berbahaya, karena proses politik yang normal adalah melalui pemilu yang demokratis," tutur Chaiwat.

Chaiwat memaparkan ketika jenderal militer Prayuth Chan-Ocha menyingkirkan pemerintahan Yingluck Shinawatra pada 22 Mei 2014 lalu, militer mengklaim bahwa mereka menyelamatkan Thailand dari perang saudara yang akan meletus di dalam negeri.

"Itu alasan pemerintah. Apakah betul? Sulit dibuktikan, karena perang saudara sejauh ini belum terjadi," kata Chaiwat.

Di sisi lain, Thailand juga sedang dihantui pertanyaan soal siapa yang akan meneruskan kekuasaan Raja Bhumibol ke depan, karena kondisi kesehatannya yang menurun.  

Membenarkan situasi itu, Chaiwat menyatakan bahwa memang terdapat kekhawatiran di masyarakat Thailand soal kondisi politik dalam negeri, jika terjadi sesuatu kepada sang raja.

Meski demikian, pemerintahan Perdana Menteri Prayuth yang cenderung dekat dengan kerajaan, menurut Chaiwat, dapat mencegah kekisruhan politik terjadi di Thailand. "Pemerintah akan melakukan apapaun untuk memastikan situasi akan berjalan baik, jika sesuatu terjadi pada raja," kata Chaiwat. (ama/stu/fn)