JAKARTA (RRN) - Polisi mendapatkan fakta baru soal pengeboman Bangkok 17 Agustus lalu. Pria yang dipercaya sebagai otak pengeboman diketahui terbang ke Bangladesh sehari sebelum peristiwa menghebohkan yang menewaskan puluhan orang itu terjadi.
Dalam perjalanan itu, menurut keterangan petugas yang disampaikan pada Rabu (9/9) dan dikutip Reuters, sang pelaku menggunakan paspor China.
Berdasarkan interogasi terhadap dua warga negara asing pekan ini, pria itu diyakini merupakan tersangka kunci pengeboman. Dua warga negara yang diperiksa itu, kata polisi, merupakan orang yang menyerahkan tas berisi bahan peledak kepada pria yang mereka sebut pelaku pengeboman.
Pria itu diketahui bernama Izan. Ia memegang peranan penting dan bertanggung jawab mengatur pengeboman. "Pria ini dipanggil Izan, saya tidak apakah itu nama aslinya. Dia orang yang sangat penting dalam jaringan ini," kata kepala deputi polisi Chakthip Chaijinda kepada Reuters.
•
Namun, bahkan kepolisian belum dapat memastikan asal dan kewarganegaraan pria itu. Petugas imigrasi memang mengatakan ia menggunakan paspor China untuk terbang ke Bangladesh. Tapi tak ada yang bisa memastikan apakah paspor itu pun asli.
Yang pasti untuk saat ini hanyalah, kata Chaijinda, "Mari kita hanya menyebut bahwa Izan adalah salah satu dari orang yang paling dicari." Chaijinda menegaskan pihaknya akan berkoordinasi dengan Bangladesh, lokasi tujuan sang tersangka.
Di lain pihak, inspektur jenderal kepolisian Bangladesh, A. K. M. Shahidul Houqe berkata dirinya belum mengetahui perkembangan terbaru itu.
Juru bicara polisi, Prawut Thawornsiri mengatakan berdasarkan paspor China yang digunakan pelaku, ia merupakan kelahiran Xinjiang. Penggunaan paspor China itu meningkatkan spekulasi bahwa sang pelaku adalah simpatisan muslim Uighur dari Xinjiang, yang pernah protes tentang penyiksaan.
Itu berhubungan dengan tindakan Thailand yang mengembalikan 109 muslim Uighur pada Juli lalu ke China, yang menolak penyiksaan di kelompoknya. Tujuh dari mereka terbunuh dalam ledakan, dan kebanyakan berasal dari Hong Kong serta China.
Pelaku diduga mengontrol pengeboman melalui fasilitas pesan singkat, namun polisi belum menemukan jejak apa pun dari telepon itu.
Hingga saat ini belum ada kelompok yang mengaku bertanggung jawab terhadap ledakan di Erawan Shrine bulan lalu. Lokasi yang banyak dikunjungi turis dan dekat dengan mal serta hotel itu membuat peristiwa pengeboman menimbulkan banyak korban jiwa, termasuk 14 turis mancanegara.
Kepolisian Thailand bahkan belum bisa mengungkap motif di balik pengeboman itu. Perintah penangkapan telah dikeluarkan terhadap sekitar 11 tersangka, namun hanya dua di antaranya yang benar-benar ditangkap dan berhubungan, bahkan mampu mengungkap soal materi-materi pembuatan bom.
Kepala kepolisian nasional Thailand, Somyot Pumpanmuang menegaskan aksi pengeboman itu bukan termasuk tindakan teroris internasional. (rsa/rsa/fn)