Jakarta: Peristiwa pesawat maskapai Ethiopian Airlines jatuh pada Minggu (10/3) kemarin masih menimbulkan pertanyaan tentang penyebabnya. Namun, menurut kesaksian sejumlah orang burung besi Boeing 737-8 MAX itu sudah mengeluarkan api di udara beberapa saat sebelum jatuh.
"Pesawat itu sudah terbakar pada bagian belakang beberapa saat sebelum jatuh. Pesawat itu terlihat menukik sebelum jatuh. Saat jatuh terjadi ledakan besar," kata saksi Tegegn Dechasa, seperti sitat CNN Indonesia, Senin (11/3/2019).
Seorang petani setempat, Sisay Gemechu, yang turut menyaksikan kejadian itu menduga pilot hendak mendaratkan pesawat itu di tanah lapang sebelum jatuh tetapi gagal.
Menurut Tegegn, dia bergegas ke lokasi kejadian setelah pesawat itu jatuh dan meledak. Di sana dia hanya menemukan serpihan pesawat serta tubuh manusia, dan barang-barang para penumpang.
Pesawat yang jatuh itu adalah Boeing tipe 737-8 MAX. Saat itu pesawat mengangkut 149 penumpang dan delapan awak, dan jatuh di dekat desa Tulu Fara, Kota Bishoftu, beberapa menit setelah lepas landas dari Bandara Bole, Addis Ababa menuju Nairobi, Kenya.
Sebanyak 32 korban berkewarganegaraan Kenya, 18 Kanada, sembilan Etiopia, delapan Italia, delapan China, delapan Amerika Serikat, tujuh Inggris, tujuh Perancis, enam Mesir, lima Belanda, empat India, empat Slovakia, tiga Austria, tiga Swedia, tiga Rusia, dua Maroko, dua Spanyol, dua Polandia, dan dua Israel.
Sementara masing-masing satu korban berasal dari Indonesia, Belgia, Somalia, Norwegia, Serbia, Togo, Mozambik, Rwanda, Sudan, Uganda, dan Yaman.
Selain itu, empat korban lainnya memegang paspor Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) yang belum teridentifikasi kewarganegaraannya.
Hasil penyelidikan sementara, pilot Ethiopian Airlines dengan nomor penerbangan 302 itu sempat meminta untuk kembali, setelah beberapa menit lepas landas dari bandara Bole di Addis Ababa pada pukul 08.38 pagi waktu setempat.
Boeing Kirim Tim
Pabrikan Boeing yang membuat pesawat seri 737-8 MAX menyatakan segera mengirim tim untuk mengusut kejadian itu. Sebab, ini adalah insiden maut kedua yang terjadi dengan burung besi itu, sebab pada 29 Oktober 2018 tipe yang sama juga jatuh di perairan Tanjung, Karawang, Jawa Barat dan menewaskan 189 penumpang beserta awak.
"Tim teknik Boeing sedang bersiap untuk memberi bantuan teknis atas permintaan dan arahan Dewan Keselamatan Transportasi Amerika Serikat," demikian pernyataan pers yang dirilis Boeing.
Boeing menyatakan mereka turut berbela sungkawa terhadap para korban dan kerabat yang ditinggalkan dalam kejadian itu.
RRN/CNNI