ASUS di 2019, Penguasa Pasar Laptop dan Penantang di Pasar Smartphone

Administrator - Sabtu, 02 Maret 2019 - 12:13:58 wib
ASUS di 2019, Penguasa Pasar Laptop dan Penantang di Pasar Smartphone
Marketing Manager ASUS Indonesia dan Malaysia, Galip Fu.medcom.id pic

Jakarta:Ketika ASUS didirikan di Taipei pada 1989, perusahaan ini mengkhususkan diri pada motherboard. Tiga puluh tahun sejak perusahaan didirikan, ASUS kini merambah ke berbagai produk lain, mulai dari laptop sampai smartphone.

Di Indonesia, produk ASUS yang sangat dikenal adalah laptop dan laptop gaming yang ada di bawah merek ROG. Menariknya, meskipun ASUS menguasai pasar laptop dan laptop gaming, mereka masih kesulitan untuk memenangkan persaingan di pasar smartphone.

Lalu, apa strategi ASUS untuk tahun 2019?

Di pasar laptop dan laptop gaming, ASUS sudah menjadi nomor satu. Menurut data GfK per Desember 2018, ASUS menguasai 40,8 persen pasar laptop konsumen. Sementara di pasar laptop gaming, ASUS justru telah mendapatkan 60,2 persen pangsa pasar. Namun, itu bukan berarti ASUS akan berhenti berusaha untuk tumbuh.


"Tidak peduli berapa pangsa pasar kami, kami tidak akan pernah berhenti menantang diri kami sendiri. Karena para persaingan sangat ketat. Bagaimanapun juga, apakah kami menguasai 5 persen atau 50 persen pangsa pasar, secara internal, kami tidak akan berhenti bekerja, memberikan yang terbaik," kata Marketing Manager ASUS Indonesia dan Malaysia, Galip Fu saat ditemui di kantor ASUS, seperti sitat Medcom.id, Sabtu (2/3/2019).

Pria yang akrab dengan panggilan Galip ini mengatakan bahwa ASUS akan terus bekerja keras, baik dari segi pembuatan produk ataupun marketing.

"Dari sisi produk, dari markas besar kami dan tim R&D, kami terus membangun produk terbaik untuk konsumen. Sementara dari segi marketing, kami ingin untuk melakukan ekspansi kanal penjualan."


Dia menjelaskan, orang kini sudah jarang mengunjungi pusat perbelanjaan yang identik dengan perangkat IT, seperti Mangga Dua dan Cempaka Mas. Selain itu, toko-toko yang ada di pusat perbelanjaan itu juga kalah menarik jika dibandingkan dengan toko-toko elektronik yang ada di mall-mall premium seperti Grand Indonesia.

 
"Anda bisa melihat jelas perbedaan antara toko yanng ada di Roxy atau Cempaka Mas dengan toko di mall premium. Toko di mall IT biasanya tidak terlihat baru atau premium. Banyak yang hanya memiliki ruang kecil, padahal mereka harus menampilkan lebih dari 20 laptop, membuat toko terlihat berantakan," katanya.

"Pada 2019, kami ingin tumbuh, tapi kami juga ingin membantu rekan kami untuk berkembang. Tahun ini, kami akan menghabiskan banyak dana marketing untuk mendukung dealer kami untuk merenovasi toko, membuatnya tampil lebih mewah," ujar Galip.
 

Menurutnya, hal ini akan memberikan pengalaman belanja yang lebih baik pada konsumen. Selain itu, toko yang lebih baik juga diharapkan akan bisa mendorong kepercayaan diri para penjual untuk menjual produk ASUS yang lebih mahal, seperti lini ROG atau bahkan ZenBook.

ASUS juga tertarik untuk membangun lebih banyak toko khusus produk ASUS -- bernama ASUS Store -- yang menawarkan semua produk ASUS dengan lengkap.

"Untuk marketing digital, saya rasa kami akan lebih banyak bekerja sama dengan YouTuber," ungkap Galip. Alasannya, selama 2017 dan 2018, kerja sama ASUS dengan para kreator video terbukti berbuah manis.


"Tingkat awareness dan engagement dengan pengguna kami lebih baik daripada jika kami membuat konten video sendiri."
 
ASUS boleh jadi pemimpin dalam pasar laptop, itu bukan berarti mereka secara otomatis menguasai pasar smartphone. Sebaliknya, ASUS tampaknya kesulitan untuk bersaing. Galip mengakui hal ini.

"Pasar smartphone sangat, sangat, SANGAT kompetittif. Tidak hanya untuk kami, tapi semua merek kecuali merek Tiongkok, kami menghadapi masalah yang sama, termasuk merek seperti Samsung, LG dan merek lokal seperti Advan dan Evercoss."

Salah satu keuntungan perusahaan smartphone asal Tiongkok, menurut Galip, adalah karena mereka memiliki pasar domestik yang besar. Ini bisa membantu mereka menguasai pasar global.

Semakin banyak jumlah produk yang perusahaan buat, semakin murah juga biasanya biaya per unit yang harus mereka keluarkan. Hal ini memungkinkan perusahaan Tiongkok untuk menekan harga produk mereka.

Tapi, itu bukan berarti ASUS akan menyerah kalah begitu saja. Galip mengatakan bahwa ASUS tidak akan berhenti membuat smartphone.


"Meskipun persaingan sangat ketat, kita sekarang tahu bahwa smartphone adalah salah satu barang yang tidak bisa dilepaskan dari kehidupan manusia. Pada akhirnya, kami percaya, smartphone akan menjadi pusat dari berbagai perangkat cerdas. Smartphone juga berperan penting dalam pembayaran mobile," katanya.

Jadi, selama tidak ada perangkat elektronik baru yang akan menggantikan smartphone, ASUS masih akan kukuh untuk bersaing dengan perusahaan lainnya.

"Kami akan fokus untuk membuat smartphone premium, meski ini berarti harga yang lebih mahal dan jumlah pengguna yang lebih sedikit. Tapi, pada akhirnya, ini akan lebih baik untuk ASUS."


ROG: Laptop dan Smartphone

Di pasar laptop gaming, ASUS menguasai 60,2 persen pangsa pasar di Indonesia. Itu artinya, dari 10 laptop gaming yang terjual, sebanyak 6 laptop adalah laptop buatan ASUS. Selain laptop, hardware, dan peripheral gaming, lini ROG kini juga mencakup smartphone.

ASUS baru saja meluncurkan ROG Phone pada Desember lalu, walau ponsel itu masih belum tersedia di pasar karena terkendala TKDN (Tingkat Kandungan Dalam Negeri).

Galip cukup percaya diri dengan ROG Phone. Alasannya, karena di negara-negara lain tempat ROG Phone telah diluncurkan, para fans lini ROG juga tertarik dengan ponsel gaming ASUS itu.


"Di Malaysia, Taiwan, dan Jepang, serta negara lain dimana ROG Phone telah diluncurkan, kami melihat fenomena yang sama. Orang-orang percaya pada nilai merek ROG," kata Galip.

"Mereka tahu, produk di bawah merek ROG, tidak peduli apa produknya, baik motherboard, laptop, mouse, atau keyboard, kami akan menawarkan pengalaman terbaik."


RRN/Medcom.id