Jakarta: Badan Pusat Statistik (BPS) menyebut deflasi yang terjadi pada Februari 2019 bukan disebabkan penurunan daya beli masyarakat. Indeks harga konsumen untuk komponen inti yang menjadi tolak ukur daya beli masih tercatat inflasi sebesar 0,26 persen secara bulanan dan 3,06 persen secara tahunan
Sebelumnya, BPS mencatat deflasi sebesar 0,08 persen secara bulanan dan inflasi 2,57 persen secara tahunan.
"Enggak ada indikasi penurunan daya beli, komponen inti masih positif," ujar Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa Yunita Rusanti usai menggelar konferensi pers di kantornya, seperti sitat CNN Indonesia, Jumat (1/3).
Yunita mengungkapkan deflasi Februari 2019 terjadi karena penurunan harga bahan pangan akibat pasokan yang berlebih seperti cabai merah. Hal itu ditandai oleh indeks harga harga pangan bergejolak yang tercatat 1,3 persen secara bulanan dan -0,35 persen jika dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Komponen harga pangan bergejolak memiliki andil -0,25 persen terhadap inflasi Februari 2019.
Selain itu, penurunan harga bahan pangan juga terjadi karena harga yang kembali ke level normal setelah sempat menanjak pada Januari 2019 lalu.
"Januari 2019 kan harganya sudah dinaikkan jadi sekarang turun," ujarnya.
Penurunan harga bahan bakar nonsubsidi yang terjadi seperti pada seri Pertamax yang dilakukan oleh PT Pertamina (Persero) bulan lalu juga turut berkontribusi pada deflasi bulan lalu.
Kondisi itu membuat indeks harga komponen energi mengalami deflasi 0,28 persen secara bulanan dan 0,71 persen secara tahunan. Adapun andil komponen energi pada inflasi Februari 2019 adalah - 0,03 persen.
RRN/CNNI