Jakarta: Sekretaris Jenderal Kementerian Perhubungan Sugihardjo mengaku kaget saat mengetahui Direktur Jenderal Perhubungan Laut nonaktif Antonius Tonny Budiono menimbun uang Rp20 miliar.
Uang itu diduga didapat Tonny dari sejumlah proyek di Kemenhub.
Menurut Sugihardjo, selama ini dia mengenal Tonny sebagai sosok yang sederhana.
"Saya tidak tahu, dan juga sangat kaget. Saya juga hadir waktu istrinya Pak Tonny meninggal, kan saya hadir, saya tahu rumahnya sangat sederhana," kata dia kepada awak media usai diperiksa di Gedung KPK, Jakarta, Jumat (15/9).
"Dan juga pernah waktu rapat DPR, saya pulang karena nggak bawa mobil, ikut mobil beliau (Tonny), mobilnya bukan Camry tapi yang dipakai Innova," tambah Sugihardjo.
Sugihardjo diperiksa sebagai saksi untuk tersangka Tonny dan Komisaris PT Adhiguna Keruktama Adiputra Kurniawan.
Dia mengaku hanya menyampaikan soal tugas dirinya sebagai Sekjen dan hubungan kerjanya dengan Tonny selaku Dirjen Hubla.
"Pertama terkait tugas pokok dan fungsi saya sebagai Sekjen Kemenhub, kedua terkait hubungan kerja antara Sekjen dengan Dirjen perhubungan laut. Jadi seputar dua hal itu, lebih pada tugas dan fungsi," tuturnya.
Sugihardjo mengklaim sama sekali tak mengetahui duit Rp20 miliar yang disita KPK dari tangan Tonny.
Uang miliaran rupiah itu berasal dari 33 tas ransel yang berisi Rp18,9 miliar dan tabungan Bank Mandiri Rp1,17 miliar.
Untuk uang Rp1,17 miliar yang disita dari Tonny disinyalir diberikan oleh Adiputra terkait pengerjaan pengerukan alur pelayaran di Pelabuhan Tanjung Emas, Semarang.
Sugihardjo menyatakan tak mengenal Adiputra, yang diduga memberikan suap kepada Tonny. Dia menyebut tak pernah mengetahui wajah Adiputra hingga saat ini.
"Orangnya yang mana saja sampai saat ini saya nggak tau," tuturnya.
Saat disinggung apakah pernah ditawari uang oleh Tonny, Sugihardjo mengaku tidak pernah. Dia tak mau lagi menjawab pertanyaan wartawan dan langsung masuk ke mobil yang menjemputnya.
Ugo/Asa/cnni