Jakarta: Intelijen pemerintah Israel disebut sebagai pihak pertama yang berhasil mengungkap rencana kelompok teroris ISIS mengembangkan bom laptop, dan menjadi rujukan Donald Trump saat membuat kebijakan pelarangan perangkat tersebut di pesawat.
Merujuk pada laporan New York Times, Israel mendapatkan informasi ini melalui upaya peretasan jaringan pembuat bom yang berbasis di Suriah beberapa bulan lalu.
"Penyusupan tim siber Israel ini menjadi titik AS mempelajari bahwa kelompok teroris tengah mengembangkan alat peledak yang serupa dengan baterai laptop dan bisa menipu mesin x-ray bandara hingga lolos pemeriksaan," bunyi laporan New York Times seperti dikutip AFP, Selasa (13/6).
Tak lama setelah terungkap, AS mulai menerapkan larangan membawa laptop dan peralatan elektronik lainnya yang lebih besar dari ponsel pada penerbangan langsung ke negeri Paman Sam sejak 21 Maret lalu.
AS memberlakukan aturan tersebut bagi penerbangan yang berasal dari 10 bandara di Turki, negara di Timur Tengah, dan Afrika Utara.
Inggris pun segera memberlakukan peraturan serupa bagi sejumlah penerbangan ke negaranya.
Upaya operator siber Israel ini disebut sebagai kesuksesan langka intelijen negara Barat melawan operasi siber kelompok ekstremis di berbagai media sosial yang terus berkembang.
Tak hanya berhasil mendeteksi upaya terbaru ISIS, intel Israel juga berhasil mengetahui metode peledakan bom itu.
Menurut surat kabar itu, kontribusi Israel terhadap penanggulangan terorisme ini merupakan informasi yang pernah dibocorkan Trump kepada Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Lavrov, dan Duta Besar Rusia untuk AS, Sergey Kislyak, dalam pertemuan mereka di Oval Office sekitar pertengahan Mei lalu.
Bocornya informasi ini dikabarkan "membuat marah" sejumlah pejabat pemerintahan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu.
Cnni/ZET