Fisika Kuantum dan ‘Pengadaan’ Uang

Administrator - Sabtu, 15 Oktober 2016 - 15:14:20 wib
Fisika Kuantum dan ‘Pengadaan’ Uang
ilustrasi. catatanrimbun.blogspot

RADARRIAUNET.COM - Diskusi "Indonesia Lawyers Club (ILC)" pekan lalu sangat menarik yang mengangkat tema tentang fenomena pengadaan uang yang ditunjukkan melalui video oleh salah seorang peserta, dan kelihatannya meyakinkan. Ada yang pro tentunya dengan fenomena tersebut, tetapi lebih banyak yang kontra bahwa itu penipuan.

Tak tanggung-tanggung kemudian salah seorang peserta diskusi yang sangat kita hormati, KH Hasyim Muzadi, mantan ketua PBNU, menyatakan hal itu adalah penipuan. Kiai Hasyim menguraikan hal ini secara panjang lebar dari sisi syariat Islam melalui rubrik "Resonansi" (Republika, Ahad, 9 Oktober 2016).

Tulisan ini melengkapi yang telah diuraikan Kiai Hasyim, dari sisi sains. Penulis tergelitik menuliskannya karena salah satu peserta menyatakan fenomena tersebut dapat dijelaskan dari sisi sains, khususnya kata peserta itu fisika kuantum, malahan membawa ahli fisika, walaupun tidak sempat didengar penjelasannya. Selanjutnya, disarankan untuk menyaksikan fenomena pengadaan uang secara langsung.

Sejauh yang saya tahu, fisika kuantum belum (tidak) dapat menjelakan fenomena yang dimaksud salah satu peserta diskusi. Dalam fisika klasik (yang menjelaskan secara fisis fenomena benda-benda ukuran meter), hasilnya bisa dilihat pada keadaan sehari-hari. Misalnya, menghitung kecepatan kereta api bergerak, dalam bidang statika dapat digunakan untuk membuat bangunan besar, yang mengikuti paradigma Newton.

Sebaliknya, fisika kuantum digunakan untuk menjelaskan fenomena subatomik (ukuran Angtrom, yaitu ukuran 1 dibagi 10 miliar atau bahkan lebih kecil lagi). Akibatnya, konsep Newton tidak dapat lagi menjelaskan fenomena pada ukuran subatomik ini.

Karena itu, pada awal mula abad ke-20 diusulkanlah teori kuantum, yang didasarkan pada prinsip ketakpastian Heisenberg, yaitu pengukuran serentak posisi dan momentum mempunyai ketidakpastian sebesar konstanta Planck, suatu konstanta yang sangat kecil. Dengan begitu, muncullah konsep dualitas bahwa partikel memiliki sifat gelombang dan gelombang mempunyai sifat partikel.

Tentunya hal ini tidak terdapat dalam konsep Newton yang mengatakan bahwa partikel bersifat partikel, yaitu momentum dan gelombang mempunyai sifat gelombang, misalkan interferensi atau panjang gelombang. Jadi, dalam konsep kuantum, dapat dicari hubungan antara momentum yang merupakan fungsi panjang gelombang.

Begitu juga dengan energi yang dikaitkan dengan frekuensi. Dari sini timbullah beberapa fenomena yang tidak ada dalam konsep Newton. Hasil pengukurannya pun (observasi) berbeda, yaitu berupa probabilitas menemukan sistem kuantum (partikel) dalam wilayah tertentu, misalnya.

Dengan demikian, konsep probabilitas muncul dan semuanya menjadi tidak pasti (kalau konsep Newton, semua pengukuran pasti). Interpretasi dalam pengukuran kuantum adalah probabilitas yang diusulkan oleh Max Born.

Konon, Einstein tidak setuju dengan interpretasi probabilitas. Dia mengatakan, fisika itu eksak, katanya, "Tuhan tidak bermain dadu". Walaupun interpretasi ini masih ada masalah, sampai saat ini usulan tersebut dipakai orang dalam membuat alat-alat kuantum. Misalnya, integrated circuit (IC) yang digunakan pada komputer jinjing.

Dan, banyak lagi konsep kuantum yang sudah diterapkan dalam kehidupan sehari-hari sehingga memberikan inovasi dalam dunia sains dan teknologi yang telah dimanfaatkan oleh masyarakat. Ada beberapa konsep kuantum yang aplikasinya tidak ditemui pada keadaan sehari-hari sehingga sering digunakan untuk menjelaskan fenomena yang "aneh".

Salah satunya quantum tunneling effect. Bayangkan dalam keadaan biasa (Newton), seorang bersepeda ingin mendaki sebuah bukit, maka yang dipikirkannya tenaga yang harus dia punyai haruslah lebih besar dari tenaga potensial bukit (ketinggian bukti) sehingga dia bisa mendaki dan melewati bukit tersebut. Karena jika tidak, tidak mungkin dia berada di balik bukit.

Lain halnya dengan partikel kuantum, walaupun tenaga partikel lebih kecil dari tenaga potensial bukit, probabilitas menemukan partikel berada di balik bukit tidaklah nol. Berarti seolah-olah ada "terowongan" yang menembus bukit sehingga partikel mengikuti terowongan tersebut dan bisa berada di balik bukit dengan probabilitas tertentu.

Apakah fenomena ini bisa digunakan untuk mendatangkan duit melalui efek terowongan? Misalkan, kita berada di sebelah bank dan menggunakan efek ini untuk membuat duit mengalir melalui dinding bank?

Jawabannya tentu tidak karena duit itu benda klasik sehingga mengikuti kaidah Newton dan probabilitasnya sama dengan nol jika mengikuti efek terowongan. Dalam dunia kuantum, efek ini dimanfaatkan dalam pabrikasi dan manufaktur bahan-bahan semikonduktor, misalnya Germanium (Ge) dan silicon (Si), yang selanjutnya dipakai untuk membuat IC.

Dan, malahan berikutnya L Esaki (1957) dan I Gaever (1960) untuk membuat bahan superkonduktor, yaitu bahan-bahan dengan resistansi hampir nol sehingga dapat digunakan untuk bahana rel kereta api dan lain-lain.

Berikutnya adalah quantum teleportation. Akhir-akhir ini, teleportasi banyak mendapat perhatian, misalnya, ada penjelasan untuk film serial (fiksi) Star Trek. Dalam film tersebut digambarkan bagaimana Kapten James T Kirk dan Mr Spock dapat berpindah dari pesawat USS Enterprise ke sebuah planet asing dalam waktu singkat dengan menggunakan alat teleportasi.

Tentunya ini adalah fiksi karena sampai saat ini, eksperimen yang dilakukan, misalnya di NIST (National Institute of Standard and Technology) di bawah US Department of Commerce pada September 2015, hanyalah memindahkan atau teleportasi informasi yang dikodekan dalam partikel sejauh 100 kilometer melalui fiber optik. Ini artinya belum bisa meneleportasi benda atau materi atau manusia, termasuk memindahkan duit.

Sampai saat ini hal itu baru digunakan untuk security dan kekuatan internet connection. Jika nantinya eksperimen ini memperoleh kemajuan, paling bisa untuk mengirim data secara masif.

Dari penjelasan singkat di atas, efek kuantum tidak dapat digunakan untuk menjelaskan bagaimana duit atau apa pun bendanya bisa diadakan. Kalaupun mau diadakan uji secara saintifik, eksperimen tersebut harus bisa dilakukan dengan kondisi fisis yang sama.

Misalnya, pada suhu dan keadaan lingkungan ketika video yang diunggah di Youtube terjadi. Jika alasan, misalnya, jinnya lari karena terkena gas air mata sehingga pengadaan duit tidak bisa dilakukan, tentunya tidak masuk kendala fisis.

Selain itu, harus terbuka, yaitu bisa disorot kamera dari atas, samping, dan yang paling penting dari belakang sehingga prosesnya transparan dan dengan kondisi yang sama, siapa pun bisa mengadakan duit tersebut, bukan orang-orang tertentu saja. Mudah-mudahan bermanfaat. Wallahu a'lamu bishshawab.


Freddy Permana Zen
Guru Besar Fisika Teoretik Energi Tinggi Fakultas MIPA Institut Teknologi Bandung/rol