Meski Penjualan Lesu, Tren Batu Akik Diklaim akan Bertahan

Administrator - Jumat, 21 Agustus 2015 - 15:27:05 wib
Meski Penjualan Lesu, Tren Batu Akik Diklaim akan Bertahan
Batu akik yang dijual di Rawa bening. (Foto: Damar Iradat/mtvn)

Jakarta (RRN) -  Meski tren penjualan menurun, fenomena batu mulia diklaim tak akan pudar. Minat masyarakat terhadap batu mulia dianggap masih tinggi dan akan bertahan lama.
 
Tren batu mulia jadi fenomena masyarakat Indonesia sejak awal 2015. Sejak itu, penjaja batu mulia bisa ditemui di penjuru jalan, bahkan di gang-gang perumahan.
 
Di Pasar Rawa Bening, Jatinegara, Jakarta Timur, akik jadi saksi bagaimana batu mulia tetap bertahan melewati zaman. Berdiri sejak 1974, Pasar Rawa Bening sudah mulai dipadati penjaja batu mulia.
 
Hendy, penjaja batu akik di Pasar Rawa Bening, mengaku sudah cukup lama berjualan macam-macam batu di Pasar Rawa Bening. Bahkan, saat ini anaknya ikut mengurus usaha tersebut.
 
"Saya lupa dari kapan tepatnya, tapi udah cukup lama, sekitar 15 tahunan mungkin ya," kata Hendy sembari mengingat-ingat kepada awak media, Jumat (21/8/2015).
 
Hendy sudah mengalami pasang surut harga batu mulia sejak lama. Namun, ia percaya batu dengan kualitas bagus tak akan mengalami penurunan harga.
 
"Batu kualitas bagus sih enggak mungkin turun. Kualitas cutting dan estetika jadi faktor sendiri harga batu bisa mahal," paparnya.
 
Menurutnya, batu jenis Bacan, Raflesia, Pancamaya Garut, dan batu mulia seperti Ruby dan Permata memiliki pasar tersendiri. Biasanya, pembeli batu tersebut datang dari kalangan kelas atas.
 
"Untuk Bacan paling murah bisa Rp1 juta, Raflesia kurang lebih sama. Pancamaya Garut lebih mahal, bisa sampai Rp2 juta," katanya.
 
Hal serupa dikatakan Dado. Menurut pedagang batu akik itu, tren batu mulia diprediksi akan terus berlanjut. "Mulai dari zaman kakek saya, bapak, lalu saya, dan nanti bisa saja anak saya, pasti tren ini enggak akan punah," ujarnya.
 
Fenomena batu akik memang sempat menyedot perhatian banyak orang. Jenis batu ini dianggap yang paling murah, namun dengan boomingnya tren batu akik ada sisi positif tersendiri.
 
"Yang kemarin booming kan batu akik. Kalau batu mulia sih stabil. Tapi, bersyukur juga (booming batu akik), negara luar jadi tahu keindahan batu negara kita," katanya.
 
Dado juga mengaku, saat tren batu akik tengah booming ia sempat menjual batu jenis Black Jade kepada Presiden Mongolia. "Pas KAA kemarin saya juga sempat jual ke presiden Mongolia. Bahkan sampai sekarang saya masih komunikasi dengan jubir Presiden Mongolia," ujarnya.
 
Selain itu, pembeli batu yang ia jual pun tak hanya dari Indonesia. Mereka juga datang dari Amerika Serikat. "Dari luar negeri ada juga yang beli. Kemarin sempat ekspor ke Belgia, Jerman, Amerika, Australia," katanya. (mtvn/n)