RADARRIAUNET.COM - Badan Restorasi Gambut (BRG) berupaya mengoptimalkan pemanfaatan sumur bor sebagai pemasok cadangan air di wilayah lahan gambut sebagai upaya mitigasi kebakaran di area tersebut.
Kepala BRG Nazir Foead mengatakan penggunaan sumur bor sangat efektif dan efisien untuk menjaga kadar air di wilayah gambut. Sumur bor, katanya, dinilai bisa lebih cepat untuk membasahi lahan gambut yang kering.
"Kami optimalkan pemanfaatan sumur bor untuk mitigasi kebakaran lahan gambut. Tahun ini terbukti sumur bor bisa tangani kebakaran gambut dengan cepat karena sumber airnya persis di lokasi itu," ujar Nazir pada sesi diskusi bersama media di kantor BRG, Senin (15/8).
Menurut Nazir, sumur bor bisa menjadi alternatif jangka pendek mitigasi kebakaran lahan gambut. Sumur bor dibuat dengan ke dalaman 20 meter yang bisa menyimpan air sebanyak 14 ribu liter. Satu sumur bor dapat mencakup hingga 3 hektare wilayah pemadaman. Biaya yang dibutuhkan untuk membuat satu sumur bor sekitar Rp2,5 juta.
Dibandingkan dengan mobil tanki air, tutur Nazir, daya tampungnya terbatas dan membutuhkan biaya operasional. Sekali beroperasi, mobil tersebut hanya mampu menampung sekitar 5.000 liter air serta membutuhkan waktu saat pengisian ulang.
Menurut Nazir, penggunaan sumur bor mampu memadamkan titik api kebakaran hanya dalam waktu tiga jam saja di sejumlah tempat rawan kebakaran di Kalimantan Tengah. Sedangkan mobil tanki air baru bisa padamkan titik api sekotar 5–6 jam.
Di sisi lain, Nazir menegaskan, pemanfaatan sekat kanal pun dilakukan untuk menjaga kadar air dalam rangka upaya mitigasi jangka panjang.
BRG telah mencanangkan program pemanfaatan sumur bor di beberapa wilayah prioritas dan rawan kebakaran gambut. Kalimantan Tengah, Riau, dan Kalimantan Selatan telah mencanangkan pemanfaatan sumur bor dari total tujuh provinsi prioritas BRG.
cnn/radarriaunet.com