RADARRIAUNET.COM - Presiden Amerika Serikat, Barack Obama, mengonfirmasi bahwa pemimpin Taliban di Afghanistan, Mullah Akhtar Mansour, tewas dalam serangan udara yang dilancarkan pasukan AS.
Serangan itu terjadi di wilayah perbatasan Pakistan dengan Afghanistan pada Sabtu (21/5). Pemerintahan Afghanistan pun sudah mengumumkan kesuksesan serangan itu.
Namun, pemerintah AS belum mau mengonfirmasi kematian Mansour sampai intelijen mengakuinya.
Dalam pernyataan yang dirilis saat ia berada di Vietnam, Senin (23/4), Obama akhirnya mengonfirmasi kabar tersebut dan meminta agar Taliban ikut serta dalam perundingan damai dengan pemerintah.
"Taliban harus mengambil kesempatan untuk mencapai jalan sesungguhnya demi mengakhiri konflik panjang ini, mengikuti pemerintah Afghanistan dalam proses rekonsiliasi yang menuju perdamaian dan stabilitas," kata Obama, seperti dikutip Reuters.
Kelompok militan ini menggencarkan serangannya kepada pasukan keamanan Afghanistan sejak melancarkan operasi musim seminya pada April lalu. Namun, serangan AS kali ini melumpuhkan pergerakan Taliban, setidaknya untuk sementara.
Meskipun beberapa anggota Taliban sudah mengonfirmasi kabar kematian Mansour, kepemimpinan kelompok itu tak merilis konfirmasi resmi.
"Para pemimpin sangat hati-hati karena satu langkah salah dapat membelah kelompok menjadi beberapa partai seperti mujahidin sebelumnya," ucap salah satu pejabat Taliban dari provinsi Nangarhar, merujuk pada para pemimpin gerilya yang bertempur di Soviet pada medio 1980-1990-an sebelum akhirnya terbelah menjadi beberapa faksi.
Menurut sumber tersebut, badan syura Taliban sudah memulai pertemuan untuk memilih pengganti Mansour, tugas vital demi melindungi persatuan gerakan mereka.
Salah satu anggota badan syura di Quetta, barat Pakistan, mengatakan bahwa pilihan itu diperkirakan akan jatuh ke wakil Mansour selama ini, Sirajuddin Haqqani, atau anggota pendiri Taliban, Mullah Mohammad Omar, seperti putranya, Mullah Mohammad Yaqoob.
Haqqani merupakan pemimpin dari jaringan afiliasi Taliban yang diduga ada di balik rangkaian serangan bom bunuh diri di Kabul. Sementara itu, Yaqoob memiliki dukungan dari anggota Taliban di Afghanistan.
"Kami lebih memilih seseorang dari keluarga Omar untuk mengakhiri masalah internal," katanya.
cnn/radarriaunet.com