RADARRIAUNET.COM - Penduduk desa di Filipina selatan menemukan jasad tanpa kepala, dua hari setelah ditemukannya potongan kepala sandera Abu Sayyaf asal Kanada. Lokasi penemuan jasad berdekatan dengan tempat ditemukannya potongan kepala sandera.
Salah satu warga Kanada yang ditahanan Abu Sayyaf, John Ridsdel, 68, dikonfirmasi tewas di tangan kelompok militan itu setelah potongan kepalanya ditemukan di Jolo, pulau terpencil di selatan Filipina pada Senin (25/4).
Potongan kepala Ridsdel ditemukan sekitar lima jam setelah tenggat waktu pemberian uang tebusan yang disyaratkan Abu Sayyaf diabaikan. Juru bicara militer Filipina mengatakan dua orang yang mengendarai motor terlihat menjatuhkan kantung plastik berisi kepala tersebut.
Pada Rabu (27/4), juru bicara militer Filipina, Mayor Filemon Tan menyatakan jasad tanpa kepala itu ditemukan di sebuah sungai kering, dekat hutan di mana Ridsdel diyakini dieksekusi oleh Abu Sayyaf.
"Kami masih memverifikasi apakah itu jasad John Ridsdel," kata Tan sembari menambahkan bahwa tim forensik kepolisian tengah melakukan tes. "Tidak ada noda darah di daerah itu, menunjukkan bahwa jasad itu tidak dipenggal di daerah tersebut."
Ridsdel, yang merupakan mantan eksekutif pertambangan, ditangkap oleh Abu Sayyaf bersama tiga orang lainnya pada September 2015 saat tengah berlibur di sebuah pulau di Filipina.
Tiga sandera lainnya adalah seorang warga Kanada, seorang warga Norwegia dan seorang perempuan Filipina. Ketiganya tampil dalam sebuah video yang diunggah militan itu pada Maret lalu, meminta agar pemerintah Kanada memunuhi permintaan uang tebusan sebesar 300 juta peso, atau sekitar Rp84,3 miliar.
Jumlah tebusan itu menurun dari permintaan sebelumnya, yakni satu miliar peso, atau sekitar Rp281 miliar. Dalam video itu, Abu Sayyaf mengancam jika tebusan tidak dibayarkan hingga Senin, maka salah satu sandera akan dieksekusi.
Pembunuhunah Ridsdel dikecam keras oleh Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau, yang menyebut tindakan itu "pembunuhan berdarah dingin." Kanada memiliki kebijakan untuk tidak membayar tebusan kepada militan, namun menggunakan perantara untuk negosiasi dengan Abu Sayyaf, sesuai dengan prinsip yang tidak berkompromi dengan kelompok teroris.
Situasi keamanan semakin genting di Filipina selatan, terlepas dari pakta perdamaian antara pemerintah dan kelompok pemberontak Muslim terbesar pada 2014 lalu yang mengakhiri konflik selama 45 tahun.
Abu Sayyaf merupakan kelompok militan yang kecil namun terkenal kerap meluncurkan serangan yang kejam, seperti penculikan, pemboman, pemerasan dan memancung sandera di wilayah selatan Filipina.
Saat ini, Abu Sayyaf juga menahan beberapa sandera asing lainnya termasuk seorang warga negara Belanda, satu orang warga Jepang, empat warga Malaysia dan 14 tawanan dari Indonesia.
Sementara, calon kuat presiden Filipina Rodrigo Duterte di ibu kota Manila menyatakan kepada para pengusaha bahwa, "Penculikan harus berhenti. Ini menghancurkan negara kita dan menghancurkan reputasi negara kita."
lex/cnn/tm