Jakarta (RRN) - Polisi Thailand sedang menyelidiki kasus stiker aplikasi pesan instan Line yang dianggap menghina keluarga kerajaan Thailand.
Keluarga kerajaan Thailand dilindungi oleh aturan lese-majeste terketat di dunia. Di bawah pemerintahan militer yang merebut kekuasaan lewat kudeta Mei 2014, penuntutan kasus penghinaan monarki meningkat pesat dan hukuman jadi semakin keras.
"Kami sedang menyelidiki dari mana stiker itu berasal dan siapa yang melakukan ini," kata Kolonel Somporn Daengdee, wakil kepala Divisi Penekanan Kejahatan Teknologi, Kamis (7/4).
Dia menolak mengatakan lebih lanjut karena isu ini dinilai sensitif.
Line, yang merupakan salah satu platform media sosial paling populer di Thailand, meminta maaf atas kasus stiker kartun tersebut. Stiker ini sempat menyebar dengan cepat pada Rabu (6/4).
"Line Corporation menyadari stiker ini sensitif secara budaya yang menyebabkan ketidaknyamanan di kalangan pengguna kami," kata LINE dalam sebuah pernyataan. “Set stiker tersebut telah ditarik dari penjualan stiker LINE.”
Raja Bhumibol Adulyadej, 88, merupakan sosok yang dihormati di Thailand. Ia telah tinggal di rumah sakit di Bangkok sejak Mei 2015. Sakitnya raja menimbulkan kekhawatiran soal siapa yang akan menjadi penerusnya di tengah krisis politik yang melanda Thailand. Berita tentang kesehatan raja dikontrol ketat oleh pihak istana.
Sementara itu, debat publik tentang monarki dibatasi oleh hukum lese-majeste.
Mereka yang diputus melanggar hukuman menghina kerajaan menghadapi hingga 15 tahun penjara. Kelompok-kelompok HAM mengatakan hukum itu sering disalahgunakan dan memberi kontribusi terhadap kemerosotan HAM di Thailand.
Pengguna Line dapat membuat dan mengunggah stiker mereka sendiri, lalu diperiksa oleh kantor pusat Line di Jepang, bukan di Thailand, kata seorang karyawan Line yang menolak menyebutkan namanya karena sinsitivitas masalah ini.
stu cnn/ rrn