RADAR TIONGHOA - Kisah orang-orang kasim Tiongkok atau laki-laki yang dikebiri memiliki sejarah panjang yang menarik. Mereka hanya mendapatkan akses yang langka ke keluarga kaisar. Selama berabad-abad, mereka memegang kekuasaan besar sebagai penyimpan rahasia dan intrik kehidupan keluarga kaisar. Memelihara para kasim di dalam istana kekaisaran Tiongkok adalah sebuah tradisi kuno, dan menurut catatan disebutkan bahwa tradisi memelihara para pelayan yang telah dikebiri telah ada jauh sebelum abad ke 8 Sebelum Masehi.
Selain keluarga kaisar, taijian merupakan kelompok pria satu-satunya yang diperbolehkan memasuki kawasan istana kekaisaran Tiongkok. Mereka bertugas sebagai penjaga tempat kediaman para selir kaisar, pendamping dari istri raja dan selir-selirnya, dimana kesuciannya harus terjaga dengan baik. Jika seorang ratu kaisar gagal menghasilkan seorang pewaris takhta, maka anak tertua dari pendamping raja akan meneruskan takhta tersebut. Dengan demikian kehadiran taijian bertujuan ganda: yaitu untuk mengawasi selir-selir kaisar dan para pendampingnya yang seringkali berjumlah ratusan dan untuk menjamin bahwa setiap anak yang dilahirkan di dalam lingkungan kerajaan adalah anak kaisar.
Di dalam tradisi Tiongkok, seorang kaisar adalah amanat dari Sang Kuasa, yang memberinya hak untuk memerintah dunia dan sebaliknya juga menuntutnya untuk memelihara keseimbangan harmonisasi antara Langit dan Bumi. Karena dipercaya bahwa amanat yang dikirim oleh Langit ini dapat dicabut jika seorang kaisar memerintah dengan tidak bijaksana dan berperilaku tidak baik, maka kehidupan pribadi dari seorang putra langit sangat dilindungi dari masyarakat biasa agar mereka tidak dapat mengamati kekurangan-kekurangan kaisar mereka. “Hanya ’kasim yang bersifat dan patuh’, yang bagai budak dengan hidup tergantung kepada kaisar yang dianggap cukup bisa ditakut-takuti untuk menjadi saksi bisu atas segala kekurangan dan kelemahan pribadi kaisar.
Seorang kaisar menaruh kepercayaan penuh kepada kasim (taijian) berawal dari pemikiran tradisional penganut Confucius sehubungan dengan kedudukan sebagai ayah. Seorang laki-laki yang dikebiri tidak dapat menghasilkan keturunan, dan taijian dipercaya tidak akan pernah secara aktif mendambakan kekuasaan politik yang akan diteruskan kepada putranya. Oleh karena alasan ini pula sehingga kaisar yang raut wajah santainya dilarang terlihat oleh pria biasa justru mengizinkan taijian memiliki akses tanpa batas untuk memasuki istana kediamannya.
Sesungguhnya, peran unik seorang kasim dalam istana kekaisaran memberikan dia kekuatan yang besar. Seorang kaisar tak perlu merisaukan para kasimnya akan bersaing dan memperebutkan selir-selir dan tempat kediaman selir yang dapat mempengaruhi diposisi kaisar atas pewaris takhtanya—yang dapat mengubah perjalanan sejarah bagi dinastinya. Seiring waktu berjalan, rasa haus akan kekuatan, kekayaan, dan pengaruh membuat banyak kasim menjadi bejat dan motivasi mereka menjadi tidak murni lagi dimana hal ini terjadi terutama pada periode-periode belakangan selama kekuasaan Dinasti Ming dan Qing.
Banyak keluarga yang memberikan putri-putri mereka untuk menjadi selir/gundik, para ayah memaksa mengebiri putra-putra mereka sebagai sebuah metode agar dapat mengirim mereka masuk ke dalam istana dengan harapan akan mendapatkan pengaruh lebih atas kaisar dan membawa kehormatan bagi keluarga (sumber : forum kaskus.co.id).
Peran Dan Jumlah Kasim
Dalam sejarah Tiongkok, kasim sudah hadir sejak Dinasti Shang. Sebelum masa Dinasti Sui dan Dinasti Tang, kasim disebut huanguan (??) dan setelahnya barulah mereka disebut taikam atau taijian (??). Kasim harus dikebiri dikarenakan dalam istana ada permaisuri, selir, putri kaisar dan juga dayang istana. Yang mana wanita dalam istana lebih banyak sehingga para pelayan laki-laki tidak diperbolehkan keluar masuk. Dikhawatirkan dan berisiko tinggi mereka akan melakuikan hal-hal tidak terpuji yang akan merusak nama baik istana. Maka digunakanlah kasim. Kemudian kasim selalu ada dalam setiap dinasti mulai dari informasi yang berasal dari kitab Zhouli yang mengandung catatan sejarah pertam+a mengenai sistem kasim, sampai dinasti terakhir Tiongkok yaitu Dinasti Qing. Menurut Zhouli, kaisar memiliki satu ratu, tiga madam, sembilan selir, duap uluh tujuh consort dan 81 wanita istana. Setiap wanita ini dikawal oleh kasim.
Ada dua tipe kasim : yang dipaksa atau dihukum untuk dikebiri dan yang dengan sukarela dikebiri. Sejarahwan termashur, Sima Qian (??? ; 135 – 86SM) termasuk yang dihukum untuk dikebiri. Orang biasa yang ingin menjadi kasim persyaratan pertama kali adalah memotong alat kelaminnya atau dikebiri. Pemotongan alat kelamin ini disebut jingshen (??) penyucian diri. Proses ini membuat mereka menjadi manusia cacat yang kurang lengkap anggota tubuh mereka. Bagi kasim yang sejatinya telah dikebiri dari sejak kecil sebelum akil balik, tidak akan tumbuh kumis dan janggut setelah besar nanti.
Suaranya akan melengking seperti perempuan. Dalam sejarah Tiongkok yang sangat panjang ini, kasim atau taikam ini tidak hanya mengurus hal-hal rumah tangga kerajaan saja, tetapi juga terlibat di dalam pergolakan dan pertentangan politik istana maupun dinasti. Naiknya pengaruh kasim di masa Dinasti Ming membawa dampak ketidakstabilan politik. Sebelum Minguo (Republik) berdiri, berbagai dinasti seperti Dinasti Han, Dinasti Tang dan Dinasti Ming runtuh dengan adanya “kontribusi” atau campur-tangan dari para kasim. Dalam studi mengenai pemberontakan yang meluas di awal abad 16, Robinson mengamati bahwa rivalitas politik diantara kasim istana menciptakan kondisi menuju pemberontakan yang meluas.
Sejarah mencatat, Dinasti Ming memiliki jumlah kasim yang terbanyak sepanjang sejarah dengan mencapai 100 ribu kasim. Sedangkan pada masa Dinasti Qing jumlah kasim turun drastis berkisar 9 ribu kasim. Pada masa pemerintahan Kaisar Kangxi (1661-1722 M), jumlah kasim diperkirakan sekitar 400-500 kasim. Pada masa Republik, Puyi alias Kaisar Xuantong sempat diijinkan untuk menetap di Istana Zijin, Kota Terlarang dengan sejumlah kasim. Jendral Feng Yuxian memaksa Puyi untuk meninggalkan istana. Jumlah kasim yang tersisa dimasa Republik pada hari bersejarah itu adalah 470 kasim. Kasim terakhir Tiongkok adalah Sun Yaoting (???; 1902-1996). Sun adalah kasim paling tidak beruntung. Dia dikebiri pada usia delapan tahun, hanya sebulan sebelum tumbangnya Dinasti Qing.
Di masa Dinasti Qing, hak untuk memperkerjakan kasim terbatas kepada keluarga kekaisaran dan pangeran dengan peringkat tinggi yang leluhurnya turut berjasa dalam pendirian dinasti. Ada aturan mengenai kuota kasim yang diperbolehkan. Kaisar diperbolehkan memiliki 3000 kasim. Anak-anak kaisar masing-masing diijinkan untuk memiliki 30 kasim. Cucu kaisar diperbolehkan untuk memiliki 10 kasim. Jumlah ini menunjukkan prestise dan kedudukan sosial dikalangan keluarga kekaisaran. Deskripsi tugas kasim sangat luas dan menyentuh berbagai pekerjaan mulai dari tukang kebun, pengawas, mengatur pertunjukkan seni, furnitur, masak; singkatnya mereka mengerjakan apapun di dalam istana. Kasim merupakan pembantu sekaligus pelayan kaisar, permaisuri dan selir-selirnya, yang mana menyiapkan kesenangan dan hiburan bagi mereka. (sumber : budaya-tionghoa.net).