Masyarakat Rohil menilai Narkoba dan Gelper adalah pemicu aksi kriminal di Bagansiapiapi. Beberapa Gelper yang disebut beroperasi bebas.
BAGANSIAPIAPI (RRN) -Terjadinya aksi curas, curat, curanmor dan begal di Bagansiapiapi Rohil diduga kuat pemicunya gelanggang permainan (Gelper) dan narkotika jenis sabu-sabu. Pelaku berupaya mendapatkan uang untuk pergi ke gelper dan membeli sabu.
Analisis riauterkinicom, dimana lokasi ada gelper, masyarakat sekitar selalu dirisaukan seringnya kemaliingan. Karena rata-rata pemain gelper setiap hari menghabiskan waktunya untuk bermain, yang nyata-nyata perjudian dan membutuhkan uang, sementara mereka tidak bekerja.
Ada beberapa gelper yang beroperasi bebas di Bagansiapiapi, sepertinya mereka tidak tersentuh sama sekali.
Begitu juga pencandu narkotika jenis sabu, tidak sedikit gangguang kamtibmas di Bagansiapiapi dipicu aksinya yang berupaya mencari uang untuk membeli sabu.
R misalnya, pelaku pencurian sejerigen minyak goreng milik seorang pedagang yang melintas pada salah satu jembatan bersama dua rekannya Kamis (8/10/15) sekira pukul 17.30 WIB, dan akhirnya babak belur dihajar masa.
Setelah diserahkan kekantor polisi, masyarakat berbondong-bondong melihat siapa pelaku tersebut, dan setelah melihatnya, banyak yang mengenali dan mereka bergumam. “Oooo, budak sabu ko (anak pencandu narkoba jenis sabu ini, red),” ucap sejumlah orang ketika melihat proses pemeriksaan di Mapolsek Bangko.
Secara akal sehat, tidak mungkin manusia normal berani mencuri minyak goreng dalam mobil yang lewat bersama dua rekannya disore hari banyak orang, kalau bukan karena desakan mencari uang untuk membeli sabu.
Juga pernah terjadi pengurusakan makam umat Budha dipicu pelaku yang sedang mabuk dan menuduh orang yang sudah meninggal didalam kuburan mencuri sabu miliknya, karena tidak menjawab, maka makan tersebut dirusak.
Kejadian ini nyaris menimbulkan sengketa menyangkut Suku Agama Ras Antar Golongan (SARA), karena pelaku cepat tertangkap oleh polisi, maka kekisruhan ini bisa diredam dengan cepat. Siapa yang tidak akan marah, makan leluhur mereka dirusak dengan jumlah besar, padahal pembuatannya juga menghabiskan biaya yang besar.
Sementara itu, dalam beberapa tahun terakhir, sangat jarang terdengar jajaran Polsek Bangko menangkap pengedar atau pemakai sabu, jika dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.
Sewaktu Kapolsek Bangko dijabat Kompol Hamrizal Nasution, sejumlah media masa selalu dihiasi berita penangkapan pengedar dan pemakai sabu, tapi kalau sekarang, berita penangkapan malingpun jarang.
Kontrasnya perbedaan ini menjadi tanda tanya, apakah memang peredaran narkoba ini sudah jauh menurun?, atau memang sengaja dibiarkan?, atau memang saat ini intelijen dikepolisian lemah?.
Dalam pada itu, baik gelper maupun peredaran sabu di Bagansiapiapi, seperti juga menutup mata jajaran kepolisian yang lebih tinggi, Polres Rohil bahkan Polda Riau.
Tidak pernah didengar, jajaran Polda Riau datang ke Bagansiapiapi melakukan penggerebakan gelper atau ikut membongkar jaringan narkoba yang berskala besar. (nop/fn)