Masyarakat Hasil Rekayasa, Berfikirlah

Administrator - Rabu, 10 Juni 2015 - 00:21:36 wib
Masyarakat Hasil Rekayasa, Berfikirlah
Ilustrasi (foto : net)
Oleh : Hari Bagindo
 
Kalau tak salah menavigasi, sudah sembilan hari dilalui di bulan Juni tahun 2015. Meskipun tidak tepat sekali, setengah rentang hari di tahun ini hampir dilewati. Sudah terbilang banyak kisah yang terjadi menghiasi dan mengisi ruang waktu dan membentuk makna dan cerita serta pemahaman baru tentang hidup dan kehidupan. Kehidupan kembali menegaskan dirinya dengan lugas, bernas dan apa adanya. Menerima dan menjalani apa yang kehidupan tawarkan merupakan pilihan logis dalam menyikapi kenyataan. Kebahagiaan dan kekecewaan adalah pilihan dan berkonsekwensi hidup. Pilihan dengan segala konsekwensinya adalah jalan dan cara belajar orang dewasa.
 
Refleksi mendalam seolah membuka ruang baru sebagai hasil pengendapan pengalaman batin yang dialami. Ruang baru yang tercipta memungkinkan berbagai bibit baru untuk di semai dan dipanen hasilnya dimasa datang. Siklus inilah yang akan menghasilkan pengalaman batin dan pengkristalan nilai-nilai hidup yang membentuk karakter dan pada akhirnya  menjadi hasl akhir yang dikenang oleh generasi ke generasi.
 
Tanpa disadari kita berkontribusi dalam menuliskan jejak-jejak kehidupan masa kini bagi generasi selanjutnya. Jejak-jejak serta torehan-torehan kisah sejatinya adalah kumpulan kisah sejarah perjuanga dalam mengatasi kenyataan dan situasi kehidupan yang tidak selalu mudah. Beragam goncangan yang dialami dalam kehidupan pribadi, masyarakat bahkan bangsa akan menjadi latar belakang cerita perjuangan pahlawan-pahlawan  keluarga ini.
 
Rekayasa Sosial Yang Ciamik, mari kita tulis...
 
Energi listrik ibarat darah pada setiap rumah tangga Indonesia. Listrik pada lingkup rumah tangga secara umum di gunakan untuk penerangan, memasak, sumber energi perabotan rumah tangga (kulkas, blender, dll) serta untuk pengaturan hawa/suhu ruangan (AC dan kipas angin). Penggunaan cahaya matahari untuk penerangan ruang di siang hari perlu di sosialisasikan serta efisiensi penggunaan listrik pada perabot rumah tangga dan pemanfaatan sumber energi  alternatif kurang mendapat kan perhatian. Seakan masyarakat tergantung dan biarkan dengan cara-cara yang tidak efisien dalam pemanfaatan energi listrik yang terbatas itu.
 
Kisah-kisah padam aliran  listrik yang semakin sering frekwensi kejadiannya setiap bulannya akibat beralihnya ke listrik "prabayar" yang sekarang ini sedang di galak kan oleh perusahaan monopoli negara ini. Tanpa sadar kita di paksa mengkonsumsi listrik industri yang lebih mahal ditambah kenaikan harga listrik yang bisa di lakukan se-enaknya sendiri tanpa kontrol ketat merupakan beberapa kekecewaan yang terungkap dari beragam media. Belum lagi cerita paniknya akibat listrik padam karena token yang habis di malam hari dan ketiadaan penjual. Sebuah dinamika tersendiri yang sangat seru untuk di ungkapkan.
 
Masyarakat semakin tergantung oleh akses internet untuk beragam keperluan baik pekerjaan maupun kesenangan. Belanja pulsa merupakan salah satu penyumbang pengeluaran yang cukup besar pada konsumsi penduduk  non-makanan penduduk Indonesia dari tahun ke tahun. Artinya kebutuhan penduduk Indonesia bukan lagi sekedar urusan sandang, pangan dan papan. Banyak lagi kebutuhan di luar ketiga kebutuhan pokok ini (gadget, liburan, silahturahmi, dll). Coba saja anda hitung berapa pengeluaran Anda selain makanan, misalnya untuk pulsa, gadget, travelling dll. Cukup fantatstis bukan? Pengeluaran non makanan  lebih besar dan pengeluaran makanan merupakan salah satu indikasi peningkatan kesejahteraan peduduk lho....
 
Konversi minyak tanah ke gas mulai menampakkan hasilnya. Pada awal konversi minyak tanah ke gas terjadi indikasi bahwa tingkat kejadian kebakaran di lingkungan pemukiman meningkat, akibat minimnya sosialisasi panduan penggunaan dan keselamatan. Akibat lainnya adalah sering terjadi kelangkaan ketersediaan pasokan gas, utamanya ukuran 3kg. Hal ini dimungkinkan karena ketidak siapan stasiun pengisian atau lemahnya pengawasan dan pendistribusi dari pertamina sebagai perusahaan monopoli pemerintah yang menangani hal ini. Belum lagi di tambah dengan kenaikan harga gas yang rajin di lakukan pemerintah untuk menutupi kekurangan dana dalam APBN nya. Ketergantungan berbuah kontrol tanda menyerah tanpa syarat.
 
Yang paling dasyat adalah berbicara tentang BAHAN BAKAR MINYAK alias BENSIN. Bicara yang satu ini paling menggentarkan sendi-sendi perekonomian rakyat jelata Indonesia. Kontroversi atau buah simalakama tepatnya. Yang kaya rakus memakai minyak subsidi sedangkan pemerintah berusaha mengalihkan subsidi kepada program-program lain yang lebih bermanfaat untuk keadilan.
 
Pengalihan subsidi kepada program jaminan kesehatan, pendidikan gratis, serta program-program pengentasan kemiskinan serta perbaikan infrastruktur dasar coba di gaungkan oleh pemerintah. Hasilnya masih ditunggu. 
 
Masih seputar rekayasa sosial
 
Kondisi kebatinan masyarakat Indonesia selain di bentuk oleh kilasan peristiwa dan isu perekonomian diatas juga di bentuk oleh pilihan dan mahzab politik.
 
Masih tak hilang dalam ingatan kerasnya persaingan dalam pilpres yang lalu yang menghasilkan presiden terpilih BAPAK JOKO WIDODO. Proses politik tersebut menurut saya hampir-hampir meluluh-lantakkan sendi-sendi kehidupan bernegara dan bermasyarakat akibat terlalu kerasnya benturan yang tampak dari perang informasi di media sosial dan elektronik. Terasa sulit bagi pemerintah terpilih untuk menyatukan unsur-unsur yang tercerai berai akibat terlalu lebar dan dalam jurang yang terbentuk sebagai ekses dari perebutan kursi nomor satu itu.
 
Meskipun pemerintahan terasa kurang efektif di awal akibat DPR yang tidak kooperatif dan Presiden yang belum memaksimalkan mesin birokrasi untuk bekerja karena ketiadaan dana yang sengaja di "setting" sebagai jebakan "betmen" ditengah defisit perdaganan yang sudah bertahun-tahun berjalan,  ternyata mampu di lalui oleh "pemerintahan seumur bayi" dengan efisiensi pengeluaran "Kementerian dan Lembaga" serta dengan menaikkan harga BBM untuk menghindari subsidi berlebihan serta cara singkat untuk mengisi kekosongan kas negara untuk pembiayaan  program-program pemerintah.
 
Hal lain yang memberi warna menurut hemat saya adalah tokoh "AHOK" a.k.a " Basuki Tjahaya Purnama" yang fenomenal dengan filosofi "thinking truth, acting truth, speaking truth" seolah memberikan secercah harapan kepada warga Jakarta yang biasanya apatis terhadap birokrasi korup yang selama ini terjadi.
 
Terobosan-terobosan yang fenomenal dari seorang AHOK tentunya mendapat hambatan utamanya dari "DPRD DKI" yang terusik karena tidak kebagian kue karena perubahan-perubahan yang coba di gagas "AHOK". Meskipun hambatan-hambatan masih banyak terjadi, tak dapat di sangkal integritas "AHOK" sebagai pemimpin yang bersih dan berintegritas serta tegas telah menjadi "virus" dan "baseline" bagi 32 Provinsi  dan 510 Kabupaten/kota pada pengelolaan tata pemerintahan dan pelayanan yang berorientasi masyarakat yang anti korupsi.
 
Pegawai Negeri