Remaja Muslim Pembuat Jam Kerap Diejek Teroris

Administrator - Selasa, 22 September 2015 - 14:08:17 wib
Remaja Muslim Pembuat Jam Kerap Diejek Teroris

TEXAS (RRN) - Remaja Muslim Amerika Serikat yang ditahan karena membawa jam digital ke sekolahnya kerap diejek karena keyakinannya. Sentimen Islamofobia ini terus berlanjut hingga dia menginjak bangku SMA, berujung pada interogasi di hadapan aparat.

Wajah Ahmed Mohamed kini terkenal di seluruh dunia dan ramai dibicarakan di media sosial. Dia diundang oleh Presiden Barack Obama ke Gedung Putih dan Mark Zuckerberg ke markasFACEBOOK .

Situs besar seperti Reddit dan Twitter bahkan menawarinya kesempatan magang. Google juga mengundang Ahmed untuk mengikuti pameran ilmu pengetahuan yang mereka adakan.
 
Hastag #IStandWithAhmed dan #EngineersForAhmed yang digaungkan ratusan ribu orang diFACEBOOK dan Twitter bermula saat dia diborgol dan diinterogasi polisi karena membawa benda serupa bom, yang ternyata hanya jam digital rakitannya sendiri.

Dalam wawancara dengan MSNBC yang dikutip CNN, Jumat (18/9), Ahmed mengatakan dia ditarik dari kelasnya di SMA MacArthur, Texas, dan diborgol oleh kepala sekolah dan lima orang polisi untuk diinterogasi.

Saat itu Ahmed membawa jam digital buatannya sendiri untuk ditunjukkan pada guru. Namun bukan pujian yang diterimanya, melainkan tudingan terorisme.

"Saya merasa seperti seorang pelaku kriminal. Saya merasa seperti teroris. Saya merasa seperti ejekan-ejekan yang dilontarkan pada saya," kata Ahmed.

Menyandang nama Ahmed dan paras Timur Tengah lantaran berketurunan Sudan, remaja 14 tahun ini kerap menjadi sasaran Islamofobia sejak lama.

Saat masih SMP, Ahmed mengatakan bahwa dia dipanggil dengan sebutan "pembuat bom" dan "teroris".

"Hanya karena ras dan agama saya," kata dia.

Pindah Sekolah

Ahmed memutuskan untuk pindah dari SMA MacArthur. Namun Mohamed Elhassan Mohamed mengatakan belum menentukan sekolah mana yang akan dipilihnya.

Mohamed mengatakan putranya tidak pernah terlibat masalah sebelumnya. Dia kesal karena pihak sekolah tidak langsung menghubunginya saat Ahmed diinterogasi.

"Nama putra saya Mohamed -- orang-orang mengira Muslim teroris padahal kami damai, dan tidak seperti itu," kata Mohamed.

Mohamed mengatakan bahwa putranya sangat malu atas peristiwa itu. Tapi saat ini, kata dia, Ahmed sangat bangga karena mendapatkan banyak dukungan.

"Saya takut saat itu, tapi sekarang senang karena mendapat dukungan dari seluruh dunia. Dan dukungannya bukan untuk saya saja, tapi untuk semua orang yang pernah melalui hal ini," ujar Ahmed.
 (den/fn)