Mnyikapi datangnya musim kemarau tahun ini, PT Bhumireksa Nusasejati telah mengambil tindakan yang diperlukan untuk secara lebih efektif menghindari, mendeteksi dan mengelola keberadaan titik-titik panas di wilayah operasional perusahaan.
PELANGIRAN (RRN) - Dalam rangka menyikapi datangnya musim kemarau tahun ini, PT Bhumireksa Nusasejati telah mengambil tindakan yang diperlukan untuk secara lebih efektif menghindari, mendeteksi dan mengelola keberadaan titik-titik panas di wilayah operasional perusahaan.
Perlu digaris bawahi, PT Bhumireksa Nusasejati menerapkan secara ketat kebijakan Zero Burning di seluruh wilayah operasionalnya sejak tahun 1990 dan telah disertifikasi oleh Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO).
Perusahaan saat ini terus memantau situasi yang berlangsung di seluruh lokasi perusahaan dengan seksama. Pemantauan dilakukan setiap hari melalui sistem Plantation Location Intelligent Universal Management (PLANTINUM) dengan menggunakan data-data dari satelit pada titik panas di peta area konsesi untuk dapat mendeteksinya dengan cepat. Seluruh titik api yang terdeteksi akan segera dilaporkan kepada pihak berwenang dan prosedur yang sama juga diterapkan dalam standar operasional perusahaan.
PT Bhumireksa Nusasejati memiliki 11 menara api di lokasi yang berbeda dalam lahan konsesinya, masing-masing mencapai tingginya hingga 15 meter sehingga pengawasan terhadap terjadinya kebakaran dapat terpantau di wilayah operasi perusahaan. Di sekitar wilayah operasi tampak terpasang papan pengumuman 'Indeks Bahaya Kebakaran' untuk meningkatkatn kewaspadaan karyawan, bekerjasama dengan enam regu Masyarakat Peduli Api, serta terus mengelola secara efektif praktek pengelolaan air yang terbaik bagi lahan gambut.
"Kami telah melakukan program kesadaran akan dampak negatif dari kegiatan tebas bakar pada masyarakat lokal di empat desa daerah gambut. Hal ini bertujuan untuk mengintensifkan program kesadaran masyarakat, bersama-sama dengan Universitas Riau dan pemerintah setempat," kata Tomi Parikesit, General Manager PT Bhumireksa Nusasejati.
Tambah Tomi, sudah selanjutnya semua pihak bekerjasama dalam menemukan cara untuk mengatasi kabut asap yang terjadi setiap tahun, dan dampaknya yang luar biasa buruk pada lingkungan dan kesehatan masyarakat khususnya yang berada di Propinsi Riau.
"Kami menyambut ajakan untuk membantu dan berpartisipasi dalam program dan diskusi yang konstruktif mengenai hal ini. Masyarakat lokal, kelompok masyarakat sipil, akademisi dan perusahaan lain yang beroperasi di daerah yang terkena harus menawarkan bantuan teknsi dan dukungan kepada Pemerintah Indonsia untuk mempelajari isu-isu dan mengatasi akar penyebab dari masalah," tambah Tomi.
Diantara isu yang perlu ditangani, meliputi tanggung-jawab pemangku kepentingan yang berbeda, bagaimana berbagai kelompok pemangku kepentingan dapat bekerjasama untuk mencegah kejadian di masa depan, masalah hukum yang berkaitan dengan penggunaan lahan dan pendudukan serta praktek manajemen pertanian terbaik.
Yang mendesak saat ini untuk dilakukan adalah mengambil garis batas tegas antara wilayah yang sepenuhnya berada di bawah kontrol perusahaan dengan wilayah yang masih didiami masyarakat sekitar, meski berada dalam wilayah konsesi yang sama. Hal ini penting agar tanggung-jawab terhadap pemanfaatan dan penggunaan lahan menjadi jelas.
Sejak bulan April 2014, PT Bhumireksa Nusasejati telah bekerjasama dengan Universitas Riau dalam memberikan program pelatihan berbasis masyarakat dalam pencegahan kebakaran lahan melalui praktek pertanian yang ramah lingkungan serta pengolahan limbah kelapa, limbah batang jagung dan limbah pertanian lainnya menjadi pupuk organik yang dapat dimanfaatkan sebagai pupuk.
Saat ini PT Bhumireksa Nusasejati akan tetap menjaga wilayah perbatasan operasionalnya dengan wilayah yang masih didiami oleh sejumlah kelompok, dan secara simultan tetap bekerjasama dengan pihak berwenang setempat serta terus membina masyarakat sekitar mengenai pentingnya praktek pertanian yang berkelanjutan serta ramah lingkungan. (rtc/n)