JAKARTA (RRN) - Menteri Luar Negeri Retno Marsudi menyambangi Fiji untuk meningkatkan hubungan bilateral antara kedua negara. Stabilitas kawasan menjadi perhatian utama dalam pertemuan itu.
Pertemuan Pertama Joint Ministerial Committee (JMC) pada tingkat Menteri Luar Negeri diselenggarakan di Suva, Fiji (1/9/2015). Delegasi Indonesia dipimpin oleh Menteri Luar Negeri Retno Marsudi, sementara delegasi Fiji dipimpin oleh Menteri Luar Negeri Ratu Inoke Kabuabola. Pertemuan tersebut merupakan implementasi dari Development Cooperation Agreement yang ditandatangani tahun 2011.
Pertemuan bertujuan untuk meningkatkan kerja sama bilateral kedua negara khususnya di bidang ekonomi. "Fiji merupakan salah negara penting di Pasifik bagi Indonesia tidak saja dalam kerja sama ekonomi namun juga dalam kerja sama demokratisasi dan keamanan dan stabilitas kawasan," tegas Menlu Retno, dalam keterangan tertulis Kementerian Luar Negeri RI, yang diterimaawak media Selasa (1/9/2015).
Kedua negara sepakat untuk terus meningkatkan kerja sama ekonomi dengan mendorong intensifikasi kerja sama antara business to business. Dalam konteks perdagangan, beberapa produk yang memiliki potensi untuk dikembangkan antara lain rangka baja ringan, suku cadang alat-alat pertanian dan perikanan.
"Pemerintah Indonesia telah membuka jalan bagi masuknya barang-barang Indonesia, antara lain dengan pelaksanaan kerja sama pengembangan kapasitas di bidang perikanan dan pertanian. Landasan ini diharapkan dapat digunakan oleh kalangan swasta untuk mengembangkan ekspor ke Fiji," tutur Menlu Retno.
Selain isu ekonomi, pertemuan juga membahas isu-isu terkait dengan demokrasi dan good governance, serta keamanan dan stabilitas kawasan. Menlu Fiji dalam kesempatan tersebut menekankan kembali komitmen Fiji untuk terus mendukung integritas wilayah negara Kesatuan Republik Indonesia.
"Sebagai upaya untuk mendorong demokrasi di kawasan Indonesia terus melakukan kerja sama dengan Fiji untuk isu demokrasi dan good governance," imbuh Menlu.
Kedua Menlu juga membahas kerja sama di bidang peace keeping. Dalam hal ini Indonesia menyampakan kesiapannya untuk memberikan pelatihan bagi Fiji dengan menggunakan fasilitas peacekeeping Indonesia di Sentul.
Delegasi Fiji juga hadir dalam Pertemuan Regional Asia Pasifik untuk Peacekeeping yang diselenggarakan di Jakarta Agustus 2015.
Beberapa bidang kerja sama lain yang sepakat untuk dikembangkan antara lain bidang pertanian, perikanan, pengembangan usaha kecil dan menengah, pemuda dan olah raga dan pemberdayaan perempuan.
Fiji juga merupakan negara yang banyak menggunakan beasiswa yang ditawarkan oleh Pemerintah Indonesia. Sejauh ini terdapat 542 penerima beasiswa Indonesia. Kerjasama di bidang pendidikan dan pelatihan ini diyakini akan memberikan kontribusi dalam mendekatkan hubungan antara kedua negara.
Indonesia dan Fiji memiliki kesamaan budaya Melanesia. Dalam hal ini Fiji memberikan konfirmasi partisipasinya dalam Melanesian Cultural Festival yang akan diselenggarakan di Kupang pada 26-30 Oktober 2015.
Indonesia dan Fiji telah memiliki Perjanjian Bebas Visa bagi pemegang paspor Diplomatik dan Paspor Dinas. Saat ini kedua negara sedang membahas kemungkinan bebas visa untuk kunjungan singkat bagi pemegang paspor biasa.
Sebagai bagian dari pertemuan JMC, menurut rencana Menlu RI dan Menteri Pertahanan Fiji akan menyaksikan penandatangan MoU on Cooperation in Combating Illict Trafficking in Narcotic Drugs pada 2 September 2015. MoU ditujukan untuk meningkatkan kerja sama kedua negara di bidang pertukaran informasi, penigkatan kapasitas, pelatihan serta pertukaran kunjungan tenaga ahli.
Perdagangan Indonesia dengan Fiji merupakan salah satu yang terbesar di negara Kepulauan Pasifik mencapai USD 25,57juta, dengan surplus berada pada pihak Indonesia. Ekspor Indonesia yang menonjol ke Fiji antara lain: karoseri bus, produk makanan, garmen dan kertas.
Pertemuan Bilateral pada tingkat Menteri Luar Negeri kedua akan dilakukan di Indonesia pada paruh kedua tahun 2016. (mtvn/n)