Suara Emak-emak Rendah ke Prabowo, BPN Yakin Fenomena Pilkada DKI akan Terulang

Administrator - Jumat, 08 Februari 2019 - 12:20:11 wib
Suara Emak-emak Rendah ke Prabowo, BPN Yakin Fenomena Pilkada DKI akan Terulang
Prabowo Hadiri Peringatan HUT ke-20 KSPI. Merdeka.com pic

RadarRiaunet.com: Badan Pemenangan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno meragukan hasil survei Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA terkait elektoral di kaum emak-emak. Dari survei tersebut, keterpilihan Prabowo-Sandi masih kalah dari Joko Widodo- Ma'ruf Amin meski gencar kampanye ke kalangan emak-emak.

Prabowo-Sandi hanya dipilih sekitar 27,8 persen emak-emak. Berbanding tingkat keterpilihan Jokowi-Ma'ruf dengan 57,0 persen.

Juru Bicara BPN Prabowo-Sandi, Suhud Alynudin mengatakan menggunakan data pembanding dari lembaga survei lain terkait elektoral di kalangan emak-emak. Hasilnya, menurut Suhud jauh berbeda. Dukungan emak-emak ke Prabowo-Sandi sangat besar jika melihat kehadiran mereka di berbagai kegiatan kampanye.

"Hasil survei internal kami menunjukkan hasil beda. Trend umat dan kalangan emak-emak pemilih untuk mendukung pasangan Prabowo-Sandi sangat besar. Hal itu juga ditunjukkan oleh antusiasme masyarakat, kalangan keumatan dan emak-emak, dalam kampanye yang dilakukan Sandi di seluruh Indonesia," kata Suhud seperti sitat merdeka.com, Jumat (8/2/2019).

Suhud menuturkan, data dari sejumlah lembaga survei memperlihatkan tren yg cenderung sama antara kedua pasangan calon. Bahkan, ada lembaga survei menyebut elektoral Jokowi-Ma'ruf cenderung stagnan.

Merujuk ucapan Suhud, Lembaga Alvara Research Center merilis elektabilitas Jokowi-Ma'ruf mandek di angka 54,3 persen, sedangkan Prabowo-Sandiaga 35,1 persen. Bahkan, Survei Median menyebut elektoral Jokowi-Ma'ruf di kisaran 47,9 persen dan Prabowo-Sandiaga 38,7 persen.

Tak cuma itu, Sandiaga juga membuka hasil survei internal BPN. Dia menyebut elektabilitasnya sudah di atas 40 persen dan hanya selisih single digit.

"Elektabilitas petahana cenderung turun dan di sebagian lembaga survei menyebut mentok di bawah 50 persen. Di sisi lain trend elektabilitas Prabowo-Sandi cenderung naik," ujar Suhud.

"Selisih antara elektabilitas pasangan Jokowi-Ma'ruf dengan Prabowo-Sandi mengecil dan sudah di angka 1 digit," sambungnya.

Suhud enggan memberikan analisisnya terkait faktor penyebab rendahnya eletoral Prabowo-Sandi di kalangan emak-emak. Dengan alasan, agak ragu dengan netralitas dan objektivitas LSI Denny JA.

Di luar perbedaan suara di lembaga survei, Suhud meyakini Prabowo-Sandi bakal mendulang sukses di akhir pertarungan. Fenomena ini mirip dengan Pilkada DKI Jakarta 2017 silam.

"Kami sangat yakin puncaknya pasangan Prabowo-Sandi akan unggul. Fenomenanya mirip dengan Pilkada DKI Jakarta di mana tingkat kepuasan pemilih tidak berbanding lurus dengan pilihan pemilih," ungkapnya.

Selain itu, terjadi kenaikan jumlah solid voters bagi kedua paslon versi survei Populi Center pascadebat. Jokowi-Ma'ruf meningkat dari sebelum debat sebesar 88,9 persen menjadi 90,8 persen usai debat. Sementara solid voters Prabowo-Sandiaga meningkat dari 82,6 persen menjadi 85,5 persen.

Politikus PKS ini mengklaim pihaknya akan mampu mencuri suara swing voters dan mempertahankan solid voters di sisa 2 bulan masa kampanye. Prabowo-Sandi, kata Suhud, akan memaksimalkan debat capres dan kampanye terbuka untuk meyakinkan para swing voters.

"Mereka akan melihatnya di debat capres dan masa kampanye terbuka. Strategi kami tentu mengoptimalkan debat capres dan mengoptimalkan masa kampanye untuk meyakinkan pemilih galau seperti yang dilakukan Sandi selama ini," tandas Suhud.


RRN/Merdeka.com