Tim Cakra 19 Ungkap Propaganda Rusia yang Dimaksud Jokowi

Administrator - Rabu, 06 Februari 2019 - 11:30:15 wib
Tim Cakra 19 Ungkap Propaganda Rusia yang Dimaksud Jokowi
Presiden Joko Widodo.cnni pic

Jakarta: Ketua Tim Cakra 19, salah satu tim pemenangan pasangan Jokowi-Ma'ruf Amin, Andi Widjajanto menyatakan propaganda Rusia yang dimaksud Jokowi ialah modus operandi penyebaran hoaks yang disebut Operasi Semburan Fitnah atau Firehose of Falsehood.

Menurutnya, operasi itu digunakan oleh Rusia dalam krisis Crimea, Ukrania, dan perang sipil di Suriah antara tahun 2012 hingga 2017.

"Propaganda Rusia yg dimaksud Pak Jokowi mengarah ke modus operandi yang dikenal sebagai Operasi Semburan Fitnah," ujar Andiseperti sitat CNN Indonesia, Rabu (6/2/2019).

Sebelumnya, saat berkampanye di Karanganyar, Jawa Tengah, pada Minggu (3/2), Jokowi menyebut ada tim sukses yang menggunakan 'propaganda Rusia' dalam kampanye Pilpres 2019.

Andi menjelaskan operasi ini muncul di Rusia di dekade 1870 melalui gerakan Narodniki. Gerakan itu muncul untuk menjatuhkan Czar atau penguasa Rusia lewat berbagai isu-isu negatif.

"Hasilnya, muncul ketidakpercayaan masif dari rakyat Rusia terhadap sistem politik yang kemudian dikapitalisasi oleh Lenin di Revolusi Oktober 1917," ujarnya.

Lebih lanjut, mantan Sekretaris Kabinet itu mengatakan evolusi paling mutakhir dari Operasi Semburan Fitnah muncul di beberapa pemilihan umum, seperti di Amerika Serikat, Brazil, dan Brexit (British exit).

Khusus Pilpres AS 2016, Andi berkata itu merupakan puncak dari Operasi Semburan Finah. Ia menyebut Donald Trump yang kala itu bertarung dengan Hillary Clinton melibatkan konsultan politik Roger Stone yang mahir dalam menebar kampanye negatif secara ofensif melalui tiga taktik, yakni serang, serang, dan serang.

Bahkan, ia menyebut ada terabasan data pribadi melalui alogaritma Cambridge Analytica.

"Ada juga indikasi gelar pasukan siber dengan kode topi hitam atau bintang emas yang menggunakan kecerdasan buatan untuk menggelar bots yang mampu memainkan operasi tagar secara masif," ujar Andi.

Cara Tangkal Operasi

Andi mengatakan tujuan Operasi Semburan Fitnah agar dusta dapat mengalahkan kebenaran. Operasi itu, lanjutnya, ingin menghancurkan kepercayaan publik kepada otoritas politik, termasuk media.

"Operasi Semburan Fitnah akan merusak demokrasi, karena itu harus dihancurkan," ujar Andi.

Andi lantas membeberkan cara yang paling efektif untuk menghancurkan Operasi Semburan Fitnah adalah dengan menelanjangi bagaimana operasi ini dilakukan dan melakukan intervensi media untuk mematikan taktik yang dipakai.

Beberapa pihak yang telah turut serta menghancurkan operasi itu, di antaranya Whatsapp, Facebook, PoliticaWace, Corona, hingga i-wulung.

Mereka, kata Andi, menghancurkan operasi itu dengan membatasi jumlah pesan yang bisa diteruskan oleh satu akun, mematikan akun-akun Saracen yang melakukan aktivitas ilegal, hingga dengan membuka anomali permainan medsos yang dilakukan oleh pasukan-pasukan siber.

Diketahui, kubu timses Prabowo Subianto-Sandiaga Uno maupun para pendukungnya beberapa kali melontarkan pernyataan yang belum terbukti kebenarannya atau bahkan dibuktikan tidak benar oleh aparat.

Misalnya, penganiayaan aktivis Ratna Sarumpaet, kedatangan tujuh kontainer surat suara yang sudah tercoblos dari China, selang cuci darah di RSCM dipakai oleh 40 pasien, Jokowi keturunan PKI, hingga kedatangan Laksamana Cheng Ho ke Tanah Air bagian dari invasi China ke Indonesia.

Terkait hal ini, pihak Rusia menyatakan tidak ikut campur dalam urusan politik dalam negeri Indonesia, yang dianggap sebagai sahabat dekat dan mitra penting.

Kedubes Rusia menjelaskan istilah yang kini digunakan "oleh kekuatan-kekuatan politik tertentu di Indonesia" itu direkayasa oleh Amerika Serikat ketika pemilihan umum pada 2016 lalu. Saat itu, AS menuding Rusia mengintervensi pilpres di negaranya demi kemenangan Donald Trump.

Anggota Dewan Pengarah Badan Pemenangan Nasional (BPN) Fadli Zon juga ikut berkomentar terkait pernyataan Jokowi soal taktik propaganda Rusia tersebut. "Mohon maaf atas pernyataan Presiden Jokowi yang grasa-grusu," kata Fadli dalam cuitannya di Twitter.

Di kubu yang sama, Wakil Sekretaris Jenderal Partai Demokrat Andi Arief juga menilai Jokowi telah membuat malu Indonesia di mata Rusia karena menggunakan istilah propaganda Rusia.

"Setelah PSI, kini Jokowi membuat malu Indonesia di mata Rusia. Malunya itu karena pengetahuan terbatas," ucap Andi seperti sitat CNN Indonesia, Rabu (6/2/2109).


RRN/CNNI