Parfum, Penanda Gengsi dengan Beragam Manfaat

Administrator - Sabtu, 13 Mei 2017 - 18:37:08 wib
Parfum, Penanda Gengsi dengan Beragam Manfaat
Wangi parfum dapat membangkitkan gairah seksual. Thinkstock Pic/Yakobchuk Olena/Cnni

Jakarta: Parfum atau pewangi digunakan sejak peradaban dimulai. Orang Yunani dan Romawi menggunakan pewangi di tempat pemandian umum untuk menghilangkan bau tidak sedap.

Sejalan perkembangan jaman, pewangi dinikmati dalam bentuk parfum dan jadi bagian dari perawatan tubuh yang tak dapat dipisahkan dari kehidupan pria maupun wanita.

Parfum menjadi barang penting dalam gaya hidup orang di era modern ini. Bahkan, banyak orang menggunakan parfum untuk menunjukkan ‘kekhasan’ dirinya.

“Parfum jadi signature seseorang. Saat bertemu, orang langsung tahu, ‘Oh, kalau wangi seperti itu tuh, khasnya dia banget!’” terang Karina Salim, aktris dan penyanyi lagu Sesuka Hatiku ini, (8/5).

Tidak sedikit orang yang menggunakan parfum jadi semacam gengsi untuk menunjukkan ia memiliki selera tinggi.

Padahal secara umum, wangi parfum dapat mengingatkan pemakainya pada sebuah kenangan, mengunggah panca indra, mendorong rasa percaya diri, dan memberi rasa bahagia atau gembira.

“Ada berbagai cara untuk mengidentifikasi bahan dasar minyak wangi yang berkorelasi ciptakan perasaan atau mood tertentu,” terang Jessmin Leong, dari Givaudan Fragrance House yang bermarkas di Singapura itu kepada cnnindonesia.com beberapa yang lalu.

Salah satu cara untuk menangkap korelasi ini adalah dengan membiarkan responden mencium wangi dan kemudian memilih gambar yang dianggap mewakili wangi tersebut. Cara lain adalah menggunakan electroencephalogram atau EEG yang mendeteksi aktivitas otak saat mencium wangi.

“Berdasarkan metode-metode ini kita dapat menangkap respon emosi saat orang mencium wangi tertentu. Dari situ, muncul palet bahan dasar minyak wangi yang mewakili berbagai emosi. Palet ini yang kemudian menjadi dasar meracik minyak wangi,” tambah Jessmin.

Jadi, minyak wangi sebenarnya lebih erat kaitannya dengan mood atau emosi orang sehingga, menurut Jessmin, jika parfum dikategorikan berdasarkan jenis kelamin, penyebabnya tak lebih karena faktor pemasaran.

“Itu hanya bagian dari usaha marketing perusahaan parfum saja. Mereka ingin melihat target pengguna produk mereka. Itu sebabnya kategori seperti itu dibuat. Jika diliihat dari sejarahnya, parfum tidak ada yang maskulin atau feminin. Orang Eropa, terutama Perancis, meracik parfum dari bahan floral (bunga-bungaan) dan parfum itu dikenakan pria maupun wanita.”

Karena erat dengan emosi, manfaat parfum pun juga banyak menyangkut hal-hal emosional.

Dengan beberapa tetes atau semprotan saja, parfum bisa membangunkan gairah seksual. Kandungan dalam parfum terdapat pheromones, tipe hormon yang menstimulasi gairah seksual. Jadi, jangan heran jika pasangan wanita kerap ‘merayu’ kekasih prianya dengan parfum.

Parfum juga berguna untuk menghilangkan stres. Wanginya memiliki kekuatan yang dapat membuat pikiran tenang dan tubuh merasa lebih santai.

Itu sebabnya parfum sering dituangkan dalam produk sabun mandi, pelembab tubuh atau sampai detergen pembersih baju karena efektif bantu orang relaks dan mengumpulkan kembali energi.

Di luar manfaat yang berkaitan dengan emosi, parfum merupakan media ekspresi seseorang menunjukkan kepribadian seperti apa.

“Parfum diciptakan untuk menyalurkan perasaan positif dan menyangkut kebebasan berekspresi. Jadi, penggunanya bisa lebih berani untuk mengekspresikan perasaan dengan mengeksplorasi berbagai wangi apa pun yang mereka suka,” terang Grzegorz Mietus, Head of Global Operations Designer Parfums SA Designer Parfums LTD yang dipercaya meracik berbagai koleksi parfum merek Porsche saat ditemui cnnindonesia.com di Westin Hotel (5/5).

Dan, bukan kebetulan jika penggemar minyak wangi semakin dimanja dengan keragaman produk parfum. Pilihan wangi parfum yang ditawarkan para produsen parfum kini sangat bervariasi mulai dari wangi bunga, buah, musk (kelenjar hewan), woody (kayu), oriental hingga bahan makanan seperti vanila atau cokelat.

Berbagai upaya dilakukan merek parfum untuk menarik pasar. Mulai dari cara penggunaan yang di luar kebiasaan (tetes atau oles), presentasi botol yang unik (seperti bentuk sepatu hak tinggi dari Carolina Herrera), atau pemberian nama parfum unik (Poison yang artinya racun dari Christian Dior), hingga menggaet selebriti yang sedang populer sebagai juru bicara produk.

Kini, banyak selebriti tidak hanya jadi juru bicara tetapi ikut mengeluarkan koleksi parfum mereka sendiri. Semenjak Elizabeth Taylor mengeluarkan White Diamonds, parfumnya sendiri di tahun 1991, banyak selebriti mengikuti jejaknya mulai dari Justin Bieber, Antonio Banderas, Rihanna, Lady Gaga hingga Katy Perry.

Menurut Financesonline, beberapa selebriti Hollywood menjadi lebih kaya berkat penjualan parfumnya dibanding profesi utama mereka. Sebut saja, Heat dari Beyonce berhasil meraup keuntungan $400 juta. Atau, Glow by Jlo dari Jennifer Lopez yang mencapai $300 juta.

Di Indonesia, tak sedikit yang mengikuti jejak para selebriti Hollywood menjadi pengusaha parfum seperti Rossa, Anggun, Agnes Mo, hingga Olla Ramlan.

Kebutuhan orang akan parfum ini juga memicu suburnya industri parfum isi ulang. Di Indonesia, bisnis ini parfum isi ulang sangat menjanjikan. Dengan sistem waralaba dan berawal dengan modal yang tidak terlalu besar, bisnis ini bisa meraup keuntungan besar.

CNNI/SYS