Perubahan Spektrum Politik Perancis pada Pemilu 2017

Administrator - Sabtu, 06 Mei 2017 - 16:24:03 wib
Perubahan Spektrum Politik Perancis pada Pemilu 2017
Partai Front Nasional, yang mengusung gagasan anti-imigran dan anti-Uni Eropa, muncul sebagai kekuatan ketiga di Pemilu Perancis. REUTERS Pic/Pascal Rossignol/Cnni

Jakarta: Tradisi politik Perancis selama ini dikuasai oleh dua kelompok politik berseberangan. Namun, belakangan kekuatan ketiga muncul dan membuat peta kekuasaan negara tersebut menjadi segi tiga.

Pada 2017, partai-partai utama menunjukkan tanda-tanda kejatuhannya. Saat ini, sejumlah survei menunjukkan kandidat berhaluan tengah Emmanuel Macron meraup mayoritas suara pemilih.

Hingga kini, sayap kiri perpolitikan di negara ini berpusat pada Partai Sosial Perancis dan sejumlah rekanan yang relatif kecil seperti Partai Hijau dan Partai Radikal Kiri.

Partai Sosial dibentuk pada 1969 oleh aliansi partai-partai kiri non-komunis, meyakini nasionalisasi, negara dengan kesejahteraan kuat dan demokrasi partisipatif.

Prinsip itu membawa Francois Mitterand menjadi presiden sosialis pertama Perancis pada 1981. Namun, pemerintahan saat itu perlahan bergerak menjauh dari model sosialis lama.

Awalnya, mereka menasionalisasi sejumlah sektor ekonomi, namun belakangan berubah haluan dan membuat kebijakan privatisasi. Walau demikian, partai ini tidak pernah menjadi partai sosial demokrat modern seperti kebanyakan partai sosialis di Eropa.

Sementara itu, di sayap kanan ada Partai Republik (hingga tahun lalu disebut Persatuan Gerakan Populer atau UMP). Kandidatnya adalah Francois Fillon yang gugur di putaran pertama.

Nicolas Sarkozy, pemimpin partai pada 2015 lalu, mengganti nama partai ini untuk membuat kesan berbeda dari UMP yang dilanda kekacauan sejak kekalahan dalam pemilu 2012.

Parpol ini adalah salah satu yang terbesar di Perancis. Alasannya, Partai Republik memayungi opini politik yang luas, termasuk konservatif tradisional, sosial liberal dan neo-konservatif kanan, seperti Partai Konservatif Inggris dan Partai Republik Amerika Serikat.

Meski bernama Partai Republik, partai ini berbeda dengan Partai Republik AS, karena spektrum politik Perancis lebih condong ke kiri ketimbang Amerika dan Inggris. Kendati mewakili sayap kanan politik Perancis, partai ini lebih mirip Partai Demokrat.

Kekuatan ketiga yang mulai muncul adalah partai anti-imigran dan anti-Uni Eropa, Front Nasional, yang dipimpin Marine Le Pen, kandidat pesaing Macron dalam pemilu putaran kedua ini.

Partai ekstrem kanan ini didirikan oleh Jean Marie Le Pen, ayah Marine. Mereka mempromosikan preferensi nasional, hukum dan ketertiban serta anti-imigrasi.

Belakangan, terjadi perubahan peta kekuatan setelah Partai Sosialis terpecah soal kandidat yang diusungnya, meski pilihan terakhir sudah jatuh pada Benoit Hamon, yang juga gugur pada putaran pertama.

Banyak anggota partai moderat-kiri kini mendukung Macron, pendiri Gerakan En Marche! yang mengklaim tidak berpihak pada sayap kiri maupun kanan.

Di saat yang sama, banyak juga sosialis yang mendukung Partai Kiri mengusung Jean-Luc Melenchon.

En Marche! adalah sebuah gerakan, bukan partai. Pada dasarnya, mesin kampanye Macron ini adalah gerakan arus-bawah dengan dukungan ratusan ribu orang di seluruh penjuru Perancis yang kecewa akan politik dan politisi tradisional.

Membentuk En Marche! sebagai gerakan, alih-alih partai, membuat Macron bisa mendapatkan suara individu dari parpol lain, termasuk Sosialis dan Republik. Misalnya adalah mantan Perdana Menteri Manuel Valls (Sosialis) dan Dominique de Villepin (Republik) yang menyatakan dukungannya bahkan sebelum putaran pertama dimulai.

Pemilu presidensial Perancis diadakan setiap lima tahun sekali dan dilaksanakan dalam dua putaran, kecuali salah satu kandidat langsung menang telak pada putaran pertama.

Kandidat presiden mesti mendapatkan 500 tanda tangan dari pejabat terpilih dari setidaknya 40 lembaga atau wilayah di luar negeri.

Kedua kandidat dengan perolehan suara tertinggi pada putaran pertama, 23 April lalu, maju ke putaran kedua yang digelar Minggu (7/5).

Pada kedua putaran, tempat pemungutan suara dibuka di seluruh penjuru negeri dari pukul 08.00 hingga 19.00 di kota-kota besar. Kebanyakan warga Perancis yang berada di lembaga dan wilayah luar negeri memilih sehari lebih cepat, bersama ekspatriat yang tinggal di benua Amerika.

Setelah putaran pertama, para kandidat biasanya menggelar beberapa kampanye terakhir.

Pemenang pemilu dilantik melalui upacara di Istana Elysee 10 hari setelah pemilu putaran kedua.

aal/les/cnni