RADARRIAUNET.COM - Saat berada di tengah keramaian, wajar bila Anda tak bisa mendengar apa yang dibicarakan orang lain. Tetapi belakangan peneliti mengatakan ini bisa jadi sebuah kondisi medis yang tersembunyi.
Oleh peneliti, kondisi semacam ini disebut 'ketulian tersembunyi' (hidden hearing loss). Bila si penderita memeriksakan diri, tes standar tidak menganggapnya sebagai gangguan, dan penderita sendiri merasa pendengarannya normal-normal saja.
Pada dasarnya gangguan pendengaran pada orang dewasa terjadi karena kerusakan sel-sel rambut kecil yang melapisi telinga bagian dalam. Sel-sel ini pulalah yang mengirimkan sinyal 'berisi' suara ke serat-serat saraf dan mengirimkannya ke otak. Jadi ada sinapsis atau koneksi antara sel-sel rambut dengan serat saraf yang membuat seseorang bisa mendengar.
Namun sel-sel rambut ini rentan mengalami kerusakan, terutama dari penuaan, trauma dan paparan suara bising. Ketika mengalami gangguan, sinapsis tadi akan hilang.
Berbekal pada pemahaman ini, di tahun 2009, tim peneliti dari Massachusetts Eye and Ear Infirmary melakukan riset dan menemukan bahwa tikus yang terpapar suara bising kehilangan 50 persen sinapsis di telinganya.
Ternyata kerusakan serupa juga ditemukan pada manusia. Oleh peneliti yang sama, fakta ini ditemukan setelah membandingkan pendengaran sekelompok mahasiswa jurusan musik yang rutin terpapar suara bising selama 4-6 jam tiap harinya dengan mahasiswa jurusan lain.
Dari hasil tes pendengaran, semuanya dinyatakan sehat, dan mereka memiliki skor yang relatif sama saat diminta memahami perkataan di lingkungan yang senyap. Tetapi kelompok pertama rata-rata sulit memahami pembicaraan di tengah keramaian.
Dari hasil tes dengan elektroda juga terlihat, saraf pendengaran di kelompok pertama mengalami penurunan respons terhadap stimulasi suara. "Kami pun meyakini ini bukti pertama adanya ketulian tersembunyi pada manusia, tetapi ini masih dini," kata ketua tim peneliti Stephane Maison seperti dilaporkan The Wall Street Journal.
Rekan setimnya, Charles Liberman menyederhanakan penjelasannya dengan mengibaratkan penerimaan sinyal suara pada otak mereka yang mengalami 'ketulian tersembunyi' seperti halnya foto dengan resolusi tinggi. Koneksi sarafnya diibaratkan ribuan pixel yang membentuk foto agar terlihat jelas.
"Jika koneksi-koneksi saraf itu mati, otak hanya menerima foto dengan resolusi rendah dan ia akan kehilangan kemampuan untuk membedakan darimana suara itu berasal atau siapa yang bicara," paparnya.
Bahkan peneliti meyakini, bisa jadi karena paparan suara bising terjadi setiap hari, otak sebenarnya sudah mulai kehilangan kemampuan untuk mendengar sinyal suara tertentu jauh sebelum ketulian akibat faktor lain muncul.
dtc/fn/radarriaunet.com