RADARRIAUNET.COM - Seorang wartawan Tribun Jabar bernama Zezen Zainal Mutaqin (32), diancam orang tak dikenal setelah memberitakan penggunaan dana di Pekan Olahraga Nasional (PON) 2016. Ia pun berniat mengadukan hal tersebut secepatnya pada Kepolisian Daerah (Polda) Jawa Barat.
Ancaman muncul setelah wartawan yang telah bekerja delapan tahun di Tribun Jabar tersebut membuat berita berjudul Menpora Ingatkan PB PON (Hati-Hati Penggunaan Dana. Jangan Sampai Kasus PON Riau Terulang.) yang tayang pada koran cetak Tribun Jabar edisi Sabtu (17/9) dan media dalam jaringan tribunnews.com.
Zezen mengatakan bahwa intimidasi datang dalam dua bentuk, yaitu berupa pesan-pesan singkat yang memintanya tidak lagi mengangkat pemberitaan negatif PB PON, dan juga intimidasi langsung pada istrinya.
"Istri saya mengalami trauma berat sampai gemetaran saat saya telepon," kata Zezen, dikutip dari Cnnindonesia.com soal insiden tersebut. "Sekarang saya masih fokus mengamankan keluarga saya ke orang-orang terdekat. Rencananya saya akan melaporkan ini besok (21/9) pagi atau siang ke Polda Jabar karena ini sudah merupakan pidana."
Zezen sebenarnya bukan wartawan divisi olahraga. Sehari-hari, ia meliput isu politik dan pemerintahan provinsi Jawa Barat di Gedung Sate, Bandung. Menurutnya, ancaman yang ia terima adalah akumulasi dari pemberitaan yang ia buat sebelumnya.
"Sebelum ini saya pernah membuat berita tentang dana sosialisasi PON yang besar namun tidak ada gaungnya. Sekarang diungkit lagi mengenai dana pembukaan dan penutupan."
Ini bukan pertama kalinya Zezen menerima ancaman dari orang tak dikenal. Saat masih bujangan, Zezen pernah beberapa kali dikejar preman ketika bertugas di Garut.
"Namun karena saat itu masih belum berkeluarga, saya dapat dengan mudah berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat yang lain," katanya.
Kronologi Peristiwa
Pada Sabtu (17/9) siang pukul 10.59 WIB, Zezen menerima pesan singkat (SMS) dari seseorang yang tidak dikenal.
"Lalu beberapa menit kemudian nomor tersebut menelepon ke nomor saya, tapi tidak terangkat karena ponsel (telepon seluler) saya sedang di-charge. Ketika melihat ada panggilan tak terjawab dan SMS, saya berinisiatif menelopon nomor bersangkutan namun tidak dijawab," kata Zezen.
Tak lama berselang, katanya, nomor misterius tersebut mengirim beberapa SMS ancaman dan meminta Zezen untuk tidak lagi memberitakan hal-hal sensitif tentang PB PON seperti penggunaan dana, dan lain-lain.
"Si pemilik nomor misterius juga melontarkan beberapa fitnah. Nomor dan bukti SMS masih saya simpan," ucap Zezen. Ketika ditanyai soal keberadaan sms tersebut oleh awak media, Zezen mengatakan akan memberikannya sebagai bukti pada polisi.
Masih di hari yang sama, Zezen juga mendapat SMS dan telepon dari orang yang mengaku anggota Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM).
"Dia meminta saya bertemu dengan dia dan teman-temannya yang menurut dia tersinggung dengan berita yang saya buat. Dia juga mengancam akan mendatangi saya. Dia mengaku sudah tahu tempat tinggal saya."
"Dia bahkan mengancam akan membuat saya kapok bila masih terus membuat berita-berita yang mengkritisi PB PON. Dia dan beberapa orang yang di belakangnya yang terdengar melalui suara di telepon, mengancam akan menghabisi saya dan karier saya di Tribun Jabar maupun desk tempat saya bertugas sekarang di Pemprov Jabar," ujar Zezen.
Pukul 15.32 WIB, nomor yang lagi-lagi berbeda kembali masuk ke ponsel Zezen dan kali ini mengaku berasal dari sebuah organisasi masyarakat (ormas). Orang tersebut mengaku sedang bersama dua penelepon misterius sebelumnya, dan secara tegas meminta Zezen untuk menghentikan pemberitaan-pemberitaan yang sensitif atau mengkritisi PB PON.
Mengingat aturan dan kode etik jurnalistik, Zezen menyarankan pihak-pihak tersebut agar menyampaikan hak jawab mereka kepada redaksi Tribun Jabar. Sebab, ujarnya, berita yang sudah tayang menjadi tanggung jawab redaksi. Zezen mengatakan tawaran tersebut tak disambut baik.
Ancaman berhenti sekitar pukul 16.30 setelah Zezen mematikan ponselnya. Hingga Senin (19/9), Zezen tak mendapati adanya panggilan atau pesan misterius. Ia sempat menduga gertakan yang ia dapat sudah berakhir.
Akan tetapi, pada Selasa (20/9) pagi sekitar pukul 10.30 WIB, ia mendapat kabar dari istrinya bahwa ada dua orang pria berbadan tinggi dan bertato mendatangi rumahnya di daerah Soreang, Kabupaten Bandung, dengan sepeda motor.
Di teras rumah, satu orang pria mengintimidasi istri Zezen yang sedang seorang diri di rumah dengan menanyakan keberadaan Zezen, dan mencari tahu kapan Zezen akan pulang, sementara seorang lainnya memperhatikan kondisi sekeliling.
Zezen pun kemudian melaporkan intimidasi tersebut pada kantor redaksi tempat ia bekerja.
cnn/rrn