RADARRIAUNET.COM - Ledakan bom bunuh diri yang mengguncang pesta pernikahan di Gaziantep, Turki memicu kesedihan dan kemarahan publik. Warga Turki marah pada Presiden Recep Tayyip Erdogan karena gagal mencegah serangan semacam ini.
"Mereka (pelaku bom bunuh diri) mengubah pernikahan kami menjadi pertumpahan darah," sebut sang mempelai wanita, Besna Akdogan, sesaat setelah keluar rumah sakit, seperti dilansir media internasional, Senin (22/8/2016).
Serangan bom bunuh diri itu menewaskan 51 orang pada Sabtu (20/8). Sebanyak 69 korban luka masih menjalani perawatan medis di rumah sakit setempat, dengan 17 orang di antaranya dalam kondisi kritis.
Pemakaman untuk beberapa korban yang digelar awal pekan ini, diwarnai kemarahan warga. "Sungguh memalukan Erdogan," teriak warga sambil melemparkan botol air ke arah polisi yang mengawal mereka.
Warga menanggap Erdogan tidak berbuat banyak untuk mencegah serangan bom itu, terlebih pernikahan itu digelar oleh warga Kurdi. Salah satu anggota parlemen dari Partai Pembangunan dan Kehakiman (AKP) yang menaungi Erdogan, dijadwalkan hadir dalam pemakaman itu, namun dibatalkan setelah kemarahan warga membesar.
"Saya kehilangan anak-anak saya, sekarang saya tidak akan pernah melihat mereka lagi," demikian ratapan seorang wanita yang anaknya menjadi korban.
Dalam pernyataannya, Erdogan menyebut serangan itu melibatkan anak-anak berusia antara 12-14 tahun. Erdogan juga meyakini kelompok radikal Islamic State of Iraq and Syria (ISIS) sebagai dalang di balik serangan bom itu.
Menurut kantor jaksa setempat, bekas rompi peledak ditemukan di lokasi kejadian. Seorang fotografer AFP yang mendatangi langsung lokasi ledakan, menyebut ada beberapa potongan tubuh manusia yang masih belum dievakuasi. Puing-puing gedung bertebaran di sekitar lokasi.
dtc/fn/radarriaunet.com