RADARRIAUNET.COM - Jangan remehkan kemampuan seorang nenek. Apalagi dua nenek. Kolaborasi keduanya dalam memasak bisa bikin lidah menggelepar bahagia.
Buktikan dengan mencicipi tempoyak, brengkes, atau sop ikan di Duo Nenek, tempat makan yang berlokasi di Jalan Hayam Wuruk, Kota Jambi. Duo Nenek menawarkan berbagai menu masakan khas Jambi dalam balutan suasana ala kafe. Namun, untuk mendukung atmosfer jadul yang sesuai dengan napas Duo Nenek, dipasanglah foto-foto dan barang-barang antik, seperti termos, radio, dan lampu petromaks.
Mari kita cicipi seperti apa khazanah masakan khas Jambi. Ada beberapa ikan yang dijadikan bahan dasar masakan, seperti ikan nila, patin, tongkol, gabus, dan lambak. Masih ditambah lagi dengan kerang dan udang. Bahan-bahan ini dimasak menjadi sop, ikan bakar, gulai, asam manis, goreng tepung, ikan bakar bambu, dendeng, brengkes, kerutup, atau tempoyak.
Selain itu, tersaji pula berbagai menu sayur, seperti sayur kacang, sambal terong kacang, kacang petai cabai hijau, sambal jengkol, sayur pakis, dan sayur sambung yang berasal dari bunga kecombrang. Rasa pedas menggigit dan aroma khas bunga kecombrang bisa bikin merem melek yang menyantapnya.
Jika ingin cepat, kita bisa pergi langsung ke etalase di bagian depan restoran yang berisi beberapa menu yang siap santap. Diatur ala prasmanan, tamu tinggal memilih sendiri mana menu yang memenuhi selera saat itu. Namun, kami memilih untuk memesan terlebih dulu dan duduk-duduk menunggu sambil mengobrol dan memperhatikan interior ruangan.
Meja yang ada di hadapan kami adalah daun pintu yang diberi penutup kaca sehingga memberi suasana unik. Di salah satu sisi ruang terdapat sebuah drum bekas yang dicat kuning dan juga diberi penutup kaca berbentuk lingkaran. Di atasnya ditaruh vas bunga dan toples-toples lawas.
Pada dinding di dekatnya digantung alat-alat masak, seperti wajan, parutan, tempat nasi, kendil, dan solet (spatula). Testimonial pengunjung diabadikan di atas selembar papan kayu yang bertuliskan spidol serta potongan-potongan kecil kayu yang disusun seperti mozaik.
Ada nama-nama dan pujian yang terpasang di sana. Tempatnya merupakan dinding yang berada di bagian luar ruang berpendingin yang khusus diperuntukkan bagi pengunjung yang tidak ingin diganggu asap rokok.
Sedang asyik-asyiknya menunggu, aroma rempah pun menyapa indera penciuman. Rupanya berasal dari sop ikan nila pesanan kami yang datang.
Hmm, kuahnya yang bening berhias irisan tomat, daun bawang, dan bawang goreng segera saja mendorong tangan-tangan kami untuk menyendokinya. Kuahnya yang segar segera menjadi pengguyur dahaga dan lapar perut-perut yang seharian itu berpuasa.
Daging ikannya dengan tingkat kelunakan yang pas menghadirkan rasa manis yang datang dari kesegaran daging tanpa bumbu yang berlebihan.
Ikan bakar bambu
Hidangan favorit kami lainnya saat itu adalah ikan bakar bambu. Menu ini bisa menggunakan ikan gabus atau ikan nila. Ikan diberi bumbu gulai dan gula merah, lalu dimasukkan ke dalam bambu dan dibakar di atas tungku.
Aroma khas asap dan bambu yang wangi menguar di udara, sungguh menerbitkan air liur. Penampilannya pun menarik, bambu masih tampak menjepit ikan yang terbungkus daun pisang.
Begitu dicicipi, rasa gurih dan manis bertemu dengan pas. Ditambah kekayaan bumbu rempahnya, ikan bakar bambu itu langsung ludes dari atas meja.
Tak ketinggalan menu ikan kerutup. Ikan ini berwarna kehitaman karena digoreng dengan sedikit minyak sehingga terkesan gosong. Jangan terkecoh dengan penampilannya. Ia bak itik buruk rupa yang menjelma menjadi ”bebek peking panggang” ketika sudah dicicipi, gurih dan lezat!. Bumbu bawang merah, bawang putih, merica, dan asam jawa ditambah cocolan sambal membuat lidah tak henti menyantapnya.
Menu khas lain adalah tempoyak yang berasal dari buah durian matang yang difermentasi. Tempoyak ini kemudian diberi bumbu-bumbu dan dimasak bersama ikan patin atau ikan nila. Rasanya asam segar dengan sekilas rasa manis dan harum durian. Biasanya juga ditambahkan cabai agar rasanya semakin tajam.
Jangan lupakan brengkes, salah satu yang juga favorit di Duo Nenek. Mirip seperti tempoyak ikan, bumbu utama brengkes adalah fermentasi durian, kemudian diberi rempah-rempah, seperti kunyit, serai, daun jeruk, dan daun salam. Ikan dibungkus daun pisang, lalu dikukus hingga matang, mirip dengan pepes di Jawa.
Di luar beberapa menu olahan ikan yang nikmat, Duo Nenek juga menyediakan dendeng cabai merah atau cabai hijau. Dagingnya empuk karena direbus dengan air kelapa sehingga tidak perlu usaha keras untuk mengunyahnya. Gurih pedas dendeng ini bisa membuat kita tambah lagi dan lagi hingga menghabiskan berpiring-piring nasi.
Menu rumahan
Pemilik Duo Nenek, Yoshi, menuturkan, rumah makan ini belum lama berdiri, baru sekitar dua tahun terakhir. ”Awalnya karena banyak teman yang mencari makanan khas saat berkunjung ke Jambi. Pengunjung kami memang banyak yang datang dari luar Jambi,” katanya.
Nama Duo Nenek diambil dari dua nenek yang memasak semua menu rumah makan ini. Keduanya adalah ibu dan tante Yoshi. Dua nenek ini, Efnidety (62) dan Nurmeini (66), memang hobi memasak.
Selain itu, keduanya juga sering ikut lomba masak, bahkan hingga ke Jakarta. ”Anak saya enam. Minta makannya macam-macam, jadi saya masaknya macam-macam juga,” ujar Efnidety, yang tidak lain adalah ibunda Yoshi.
kps/fn/radarriaunet.com