RADARRIAUNET.COM - Hampir semua orang pernah berhadapan dengan pengidap demensia atau pikun. Namun karena gejalanya kurang banyak dipahami, tidak jarang orang pikun malah dianggap menyebalkan.
Salah seorang relawan Alzheimer's Indonesia, Beatrice menceritakan pengalamannya merawat orang tua dengan salah satu jenis kepikunan yakni Alzheimer. Kepada kerabat-kerabat yang lain, orang tua Beatrice sering menceritakan hal-hal buruk tentang keluarganya.
Lama-kelamaan, Beatrice marah. Marah kepada orang tuanya yang begitu disayang, maupun kepada kerabat yang percaya begitu saja dengan cerita-cerita buruk yang disampaikan orang tuanya. Sampai pada suatu masa, semua bisa menerima keadaan ini sebagai gejala pikun yang diidap orang tuanya.
"Ternyata mama saya mengidap Alzheimer," kata Beatrice, ditemui saat memberikan sosialisasi Alzheimer di SMP Negeri 51 Pondok Bambu, Jakarta Timur, Senin (18/7/2016).
Pengalaman serupa juga dikisahkan oleh Kepala SMPN 51 Jakarta Timur, Kwartin Askarini, MPd. Mertuanya yang kini sudah almarhum, di masa senjanya sering memicu kemarahan anak-anak maupun cucunya karena selalu menanyakan pertanyaan yang sama berulang-ulang.
"Usianya 83 tahun. Pertanyaannya selalu diulang-ulang," tutur Kwartin.
Hilangnya memori atau kemampuan mengingat, menarik diri dari lingkungan sosial, serta sering munculnya pikiran-pikiran negatif merupakan sebagian dari gejala demensia atau pikun. Kadang-kadang juga disertai dengan perubahan perilaku menjadi lebih sensitif maupun pemarah.
Gejala lain yang juga sering ditemui adalah berkurangnya kemampuan visual-spasial, yakni persepsi tentang bentuk dan jarak. Dalam keseharian, contoh paling umum adalah sering meleset saat menuangkan minum sehingga sering tumpah.
dtc/fn/radarriaunet.com