Jakarta : Mahasiswa Teknik Mesik Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya berhasil mengembangkan robot pendeteksi gempa senilai Rp15 juta. Robot memiliki empat kaki dan diklaim berteknologi hybrid.
Robot hibrida yang dikembangkan sejak awal 2018 itu merupakan hasil ide 'liar' dari dari Program Studi Teknik Mesin Unika Atma Jaya, yaitu Yosua Kurniawan, Ferdinand Edlim, dan Febrian Andika.
Bentuk prototipenya diklaim mampu bergerak dengan roda dan berjalan seperti kaki. Hal ini juga membuat robot pendeteksi gempa dapat digunakan dalam lingkungan industri maupun lingkungan alam seperti goa, tanah, dan jalan berbatu.
"Produk ini merupakan prototype yang masih akan kami kembangkan. Masih banyak hal yang harus dicoba seperti aplikasi feedback control, image recognition, GPS, serta proses pembuatan produk yang lebih dapat diandalkan," kata Christiand, S.T., M. Eng., pembimbing dari Prodi Teknik Mesin Unika Atma Jaya.
Para mahasiswa awalnya hanya mengandalkan teknologi 3D printing dalam pengembangannya, sehingga masih banyak yang harus dilakukan untuk menyempurnakannya sehingga tugas untuk memberikan peringatan dini terhadap gempa bumi di Indonesia nanti bisa lebih maksimal.
Indonesia terletak di kawasan Cincin Api Pasifik dan pada titik pertemuan beberapa lempeng tektonik. Pada 2018, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mencatat sebanyak 23 aktivitas seperti sitat CNN Indonesia, Selasa (16/7/2019).
Banyaknya kejadian dan korban gempa di Indonesia, membuat anak bangsa terus berinovasi untuk menciptakan berbagai teknologi pendeteksi gempa.
RRN/CNNI