Rabu, 26 Agustus 2015|15:19:44 WIB
New York (RRN) - Harga minyak naik sebesar tiga persen pada perdagangan Selasa waktu setempat. Aksi jual yang sempat terjadi membawa beberapa pembeli kembali ke pasar, sehingga mengisi penuh pasokan tersisa.
Adapun kekhawatiran tentang perlambatan ekonomi Tiongkok terus menggerus harga minyak mentah mendekati posisi terendahnya dalam 6,5 tahun. Demikian seperti dilansir dari Reuters, Rabu (26/8/2015).
Harga minyak mentah berjangka Amerika Serikat (AS) dan Brent, yang merupakan harga patokan minyak dunia, keduanya turun lebih dari 16 persen pada bulan ini. Sekitar setengah dari kerugian mereka terjadi dalam dua sesi terakhir karena jatuhnya ekuitas Tiongkok dan memicu aksi jual di pasar global.
Harga minyak mentah Brent LCOc1 ditutup naik 52 sen menjadi USD43,21 per barel, setelah mencapai USD42,23 pada perdagangan Senin, terendah sejak Maret 2009.
"USD40 per barel tidak berkelanjutan karena hanya Timur Tengah dan beberapa pemain air yang dapat keuntungan pada tingkat itu," tutur Herve Wilczynski dari AT Kearney Oil & Gas Practice, saat memberikan alasan mengapa harga minyak rebound.
Sementara itu, harga minyak mentah AS CLc1 mengakhiri sesi perdagangan dengan membukukan USD1,07 lebih tinggi menjadi USD39,31, naik dari USD37,75. Namun terendah sejak Februari 2009 di sesi sebelumnya.
Selain itu, harga bensin berjangka AS RBc1 terus melemah mengikuti pemulihan harga minyak mentah, yakni jatuh dua persen ke posisi terendah tujuh bulan.
Para pedagang dan analis mengatakan bahwa harapan membangun stok minyak mentah AS pekan lalu di tengah pemadaman kilang bisa kembali menekan harga minyak.
Jajak pendapat Reuters memperkirakan stok minyak mentah naik satu juta barel pada pekan lalu, serta menambah persediaan pada minggu sebelumnya menjadi 2,6 juta barel. (mtvn/n)