Rabu, 18 Desember 2019|12:28:58 WIB
RADARRIAUNET.COM: Satu ekor anak gajah sumatera (Elephas maximus sumatrensis) liar kini terpaksa dirawat di Pusat Latihan Gajah (PLG) Minas, Provinsi Riau, karena kakinya luka parah terikat jerat. Ironisnya, jerat yang sempat melukai kaki kiri anak gajah tersebut, justru dipasang para pemburu hewan yang dilindungi itu di areal konsesi hutan tanaman industri (HTI) PT Rimba Peranap Indah (RPI) di wilayah Kabupaten Indragiri Hulu pada 14 Desember 2019 yang lalu.
Adanya temuan pemasangan jerat kawat sling dengan target binatang yang dilindungi di areal konsesi HTI PTRPI makin menguatkan indikasi bahwa kawasan konsesi perkebunan dan areal HTI, dewasa ini benar-benar tidak aman lagi bagi keberadaan hewan yang dilindungi di Provinsi Riau. Areal HTI justru berubah menjadi kawasan yang sangat rawan tempat berburu dan pemasangan jerat oleh para sindikat perdagangan organ tubuh binatang yang dilindungi.
Berdasarkan catatan Harian Radar Riau, dalam sebulan belakangan berarti sudah ada dua kasus perburuan hewan liar yang dilindungi di areal konsesi HTI. Kasus pertama beberapa pekan lalu yakni ditemukannya bangkai gajah di mana gadingnya sudah lenyap di kawasan konsesi HTI grup Indah Kiat.
Dilansir dari laman Antaranews, Selasa (17/12), diberitakan seekor anak gajah yang ditemukan kaki kirinya terluka parah akibat jerat yang dipasang pemburu di areal konsesi HTI PT RPI tersebut, dievakuasi oleh tim Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau pada 14 Desember 2019 lalu. Anak gajah tersebut diduga terpisah dari induk dan kelompoknya ketika melintas di areal HTI tersebut.
Untuk menyelamatkan sang anak hewan yang dilindungi tersebut, kini anak gajah betina yang diberi nama Puan itu diperkirakan baru berusia tiga bulan dan kini dirawat di kandang khusus di Pusat Latihan Gajah (PLG) Minas, Kabupaten Siak, Riau, Selasa.
Pawang gajah yang merawatnya kini memberi anak gajah dengan minum susu formula untuk manusia. Agar anak gajah bisa minum dengan leluasa, perawatnya sengaja membuat alat khusus dari botol air mineral ukuran 1,5 liter yang disambungkan dengan selang yang ditancap di bagian tutupnya.
Dari pantauan di lapangan, Gajah Puan terlihat sangat lahap meminum susu formula, dan dalam dua hari sudah menghabiskan sekardus susu bubuk isi 900 mililiter. Giginya terlihat belum tumbuh sehingga pawangnya harus melumatkan buah-buahan untuk Puan.
"Dengan segala pertimbangan, evakuasi (gajah) itu adalah kejadian yang sangat terpaksa yang harus kita lakukan untuk penyelamatan anak gajah tersebut," kata Kepala BBKSDA Riau, Suharyono dilansir dari antaranews.
Dengan kondisi sudah terpisah lama dari induk dan rombongannya, ia menyebutkan akan sulit bagi Gajah Puan untuk bisa diterima lagi di kelompoknya. Apalagi dengan kondisi usianya yang masih tiga bulan dan luka infeksi di kaki kirinya.
"Gajah Puan ini minum susu saja masih pakai dot seperti peruntukan susu untuk bayi. Sedangkan makanan padat terpaksa masih harus dihaluskan. Kalau kita biarkan di alam kita ragu, apalagi ada infeksi di kakinya sehingga kita putuskan untuk dirawat intensif," kata Suharyono.
Orangtua Asuh Gajah
Suharyono mengatakan BBKSDA Riau berusaha agar ada kepedulian untuk anak-anak gajah korban jerat berupa gerakan orangtua asuh mereka. Karena pada kurun tiga tahun terakhir, sudah ada beberapa anak gajah sumatera yang terkena jerat dan terpisah dari induknya dan kini dirawat di PLG.
Disebutkan, tahun 2018 ada seekor gajah yang diberi nama Indah, kemudian pada awal tahun 2019 ada seekor yang diberinama Togar dan terakhir Gajah Puan.
"Sampai saat ini kita berusaha menanggung sendiri, sebenarnya kita berharap ada orang tua angkat. Bukan karena negara miskin, karena negara pasti mampu, tapi ada hal ke depannya yang ingin kita lakukan gerakan peduli gajah sumatera sebagai orangtua angkat atau apalah," katanya.
Ia mengatakan tujuannya sebagai kampanye kepedulian lingkungan dan satwa karena semakin banyak orang peduli gajah sumatera, diharapkan kondisi satwa terancam punah itu akan semakin baik di habitatnya.
"Kita berharap pemegang konsesi atau siapapun lah ikut berperan dalam konservasi gajah sumatera ini," ujarnya.
RR/ant/zet