Petugas Laboratorium Udara Turunkan Status Berbahaya Jadi Sangat Tidak Sehat
Petugas laboratorium udara kota Pekanbaru, Danil sedang menyetel ISPU di simpang Mal SKA Pekanbaru Jalan Tuanku Tambusai-Jalan Soekarno-Hatta dari status Berbahaya (atas) diturunkan menjadi status Sangat Tidak Sehat (bawah). Padahal alat pencatat Ispu mi

Petugas Laboratorium Udara Turunkan Status Berbahaya Jadi Sangat Tidak Sehat

Senin, 07 September 2015|11:08:44 WIB




PEKANBARU (RRN) - Petugas Laboratorium Udara Pekanbaru, Danil yang mengaku berkantor di kawasan Kantor Wali Kota Pekanbaru mengganti kode pada alat pencatat ISPU di simpang Mal SKA Pekanbaru dari status Berbahaya diturunkan menjadi Sangat Tidak Sehat.
Saat ditanya wartawan kenapa diturunkan statusnya dari Berbahaya menjadi Sangat Tidak Sehat padahal asap kian tebal (Berbahaya), Danil diam saja dan langsung pergi terburu-buru. Menurut Danil dia menggantinya atas perintah atasannya Syahrial. Ada sekitar 2 menit Danil berusaha menyetel status kondisi udara Kota Pekanbaru pada mesin ISPU itu. Dan tak tahu apa maksudnya diturunkan statusnya. Apakah warga Pekanbaru agar tidak panik tidak eksodus besar-besaran karena asap dengan fakta sebenarnya bahwa udara sudah Berbahaya.


Sejumlah wartawan yang kebetulan mengabadikan kondisi udara Kota Pekanbaru Jumat petang (4/9/2015) pukul 17.00 di simpang Mal SKA saat itu merasa heran dan curiga saja kenapa diotak-atik tombol pencatat mesin ISPU itu dari kondisi Berbahaya diturunkan statusnya menjadi Sangat Tidak Sehat. Sementara saat itu alat pencatat ISPU milik Chevron mencatat kondisi udara Berbahaya. Ada pula material sebesar kotak kaset yang dicabut dan dipasang baru kembali oleh Danil.


Menurut dr Mardiansyah Kusuma SpOk dari Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Cabang Pekanbaru bahwa tanda merah pada alat pencatat Indeks Standar Pencemar Udara (ISPU) itu sudah mengisyarakat Berbahaya bagi manusia. Particulate Matter (PM10) di grafik mesin ISPU itu berwarna merah hal itu tanda Berbahaya agar masyarakat menghindarinya. Artinya warga harus menghindar atau mengungsi ke tempat lain yang aman. "Dampak negatif terhadap manusia, 5 hingga 20 tahun lagi warga yang sering menghirup kabut asap ini bisa terkena kanker paru-paru. Capek-capek cari uang sekarang, tapi nanti untuk mengobati penyakit kanker paru-paru itu, ini teori kedokterannya," kata dr Mardiansyah. (teu/rpg)


 







Berita Terkait

Baca Juga Kumpulan Berita LIFE

MORE

MOST POPULAR ARTICLE