Harga Jatuh, Peternak Tuding Data Ayam Kementan Meleset
Ilustrasi. cnni pic

Harga Jatuh, Peternak Tuding Data Ayam Kementan Meleset

Kamis, 28 Maret 2019|12:26:49 WIB




Jakarta: Peternak menuding data produksi ayam hidup (live bird/LB) yang dirilis oleh Kementerian Pertanian meleset. Akibatnya, terjadi kelebihan pasokan (over supply) ayam hidup di lapangan.

Ketua Peternak Rakyat dan Peternakan Mandiri (PRPM) Sugeng Wahyudi menuturkan kelebihan pasokan ayam hidup tidak sebanding dengan permintaan yang cenderung turun. Imbasnya, harga ayam di tangan peternak ikut merosot.

Sebagai gambaran, harga ayam hidup saat ini di wilayah Jawa Tengah (Jateng), Yogyakarta, dan Solo telah menyentuh posisi Rp10.500 per kilogram (Kg). Sedangkan di wilayah Jawa Barat (Jabar) mencapai Rp13.000 per Kg.


Harga itu jauh di bawah Harga Pokok Produksi (HPP) yakni sebesar Rp19.500 per Kg. Harga itu juga terpaut jauh dari harga acuan Kementerian Perdagangan untuk pembelian ayam hidup di tingkat petani sebesar Rp18.000-Rp20.000 per Kg.

"Tidak serasi data antara data dari Kementerian Pertanian dan di lapangan. Menurut data, sekarang seharusnya tidak terjadi over supply, tetapi ini terbantahkan di lapangan, harga ayam hidup Rp10.500 pr Kg)," ujarnya di Kantor Kemendag, seperti sitat CNN Indonesia, Kamis (28/3/2019).

Oleh sebab itu, ia meminta pemerintah ke depan melibatkan pelaku usaha dalam menganalisa data produksi ayam hidup. Selama ini, pemerintah hanya melibatkan tim analis yang terdiri dari pakar peternakan.


"Yang mereka tahu dengan data yang sekarang saja, ternyata harga jebol dan ada harga produksi yang tidak tercatat oleh pemerintah," tuturnya.

Selain data produksi ayam hidup yang meleset, peternak juga mengaku harus menanggung biaya sarana produksi yang tinggi. Faktor sarana produksi ini meliputi Day Old Chick (DOC) alias bibit ayam dan pakan ternak.

Sugeng bilang harga DOC cenderung tetap, tidak mengikuti turunnya harga ayam hidup yang dijual ke konsumen. Akibatnya, kondisi ini menambah beban peternak dari sisi biaya produksi.


"Peternak mandiri sudah mengurangi populasi produksi ayam karena daya beli lemah, seharusnya bibit turun kalau harga ayam turun. Tapi ini grafiknya tetap," katanya.

Ia melanjutkan penurunan harga jagung pakan tidak disertai dengan penurunan pakan. Saat jagung mengalami kenaikan sebesar Rp800 per Kg hingga menyentuh Rp6.000 per Kg, harga pakan juga terkerek Rp800 per Kg menjadi Rp7.600 per Kg.

Sayangnya, ketika jagung sudah turun, harga pakan belum sepenuhnya menyesuaikan.

"Kemarin jagung turun, tetapi pakan tidak turun, artinya kalau kembali ke awal turunnya seharunya Rp800 per Kg," tukasnya.


RRN/CNNI







Berita Terkait

Baca Juga Kumpulan Berita EKONOMI

MORE

MOST POPULAR ARTICLE