Jumat, 15 Februari 2019|10:34:08 WIB
Jakarta: Airbus memutuskan untuk menghentikan produksi pesawat A380 superjumbo pada 2021. Keputusan ini diambil setelah perusahaan gagal mengamankan permintaan pesawat bertingkat dua tersebut. Langkah ini dikhawatirkan akan beresiko terjadinya pengurangan tenaga kerja di perusahaan itu.
"Tanpa Emirates, kami tidak memiliki jaminan penting dan dasar untuk meneruskan produksi A380 setelah 2021," jelas Guillaume Faure, yang mengambil alih jabatan CEO Airbus dari Tom Enders musim semi ini dalam konferensi telepon, seperti sitat CNN Indonesia, Jumat (14/2/2019).
Pesawat terakhir A380 akan dikirim pada 2021. Keputusan ini diambil setelah Emirates mengurangi jumlah permintaan pesawat bermuatan 800 penumpang itu. Maskapai asal Uni Emirat Arab itu hanya memesan 14 pesawat dari sebelumnya 53 pesawat. Sebagai gantinya, Emirates memesan 70 pesawat yang lebih kecil, A330 dan A350. Tren menggunakan pesawat yang lebih kecil dan efisien, membuat pesawat A380 tidak kompetitif.
Penghentian produksi ini diperkirakan akan memengaruhi 3.500 pekerja Airbus dari total 14 ribu pekerja. Produsen pesawat itu menyebut akan memidahkan pekerja dalam jumlah signifikan ke bagian produksi lainnya. Menurutnya, hal ini tidak akan berpengaruh pada pengurangan karyawan.
Rhys McCarthy, petugas persatuan kedirgantaraan di Inggris menyebut mereka tengah memastikan kepada Airbus bahwa tidak terjadi pemotongan karyawan besar-besaran.
Di sisi lain, Enders menyebut bahwa mereka perlu mengevaluasi rencana pengurangan karyawan di Inggris. "Kami harap bisa menggunakan dan memberdayakan pekerja dalam jumlah yang signifikan di sana," jelasnya ketika berbicara di markas besar Airbus di Perancis, seperti dikutip The Guardian.
"Kami melihat ini adalah akhir dari pesawat besar dengan empat mesin," jelasnya.
Ia pun mengakui kalau perusahaannya terlambat untuk mengembangkan pesawat berukuran besar. Sebab, Boeing, perusahaan manufaktur pesawat asal Amerika Serikat telah mengembangkan superjumbo 747 selama 50 tahun. Airbus baru meluncurkan A380 pada 2007.
Meski demikian, Airbus mencatatkan kenaikan keuntungan yang tidak diperkirakan pada 2018. Perusahaan ini juga berencana untuk meningkatkan produksi pesawat yang berukuran lebih kecil. Pada 2019, Airbus menargetkan untuk mengirim 880 dan 890 pesawat kepada pelanggannya. Pengiriman ini naik 10 persen dari 800 pesawat pada 2018.
RRN/CNNI