Rabu, 23 Januari 2019|14:28:34 WIB
Jakarta: Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) melalui Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Pompengan Jeneberang, Ditjen Sumber Daya Air terus memantau elevasi air Bendungan Bili-Bili yang berada di Kabupaten Gowa, Provinsi Sulawesi Selatan.
Dirjen Sumber Daya Air Hari Suprayogi mengatakan, curah hujan ekstrem telah mengakibatkan naiknya Tinggi Muka Air (TMA) Bendungan Bili-Bili. Data yang dihimpun di tiga pos curah hujan pada Selasa 22 Januari 2019, curah hujan di Pos Limbungan tercatat 328 mm, Pos 1 (Bawakaraeng) sebesar 308 mm dan Pos Lengkese tercatat sebesar 329 mm.
“Langkah-langkah yang telah dilakukan akibat terjadinya peningkatan TMA Bendungan Bili-Bili sudah sesuai SOP Bendungan. TMA +101.87 meter menjadi elevasi tertinggi dalam catatan pengoperasian Bendungan Bili-Bili,” kata Hari.
Menurut Hari, peningkatan TMA bendungan diakibatkan oleh curah hujan ekstrem pada Senin malam, 21 Januari 2019 di Kabupaten Gowa dan sekitarnya. "Masyarakat diminta tetap tenang dan tidak terpengaruh terhadap berita-berita yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya," kata Hari.
Kementerian PUPR melalui BBWS Pompengan Jeneberang dan Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan, Kabupaten Gowa dan sekitarnya akan terus menyampaikan informasi terbaru tinggi muka air Bendungan Bili-Bili dan tingkatan bahayanya.
Bendungan Bili-Bili adalah bendungan terbesar di Sulawesi Selatan yang terletak di Kabupaten Gowa. Bendungan Bili-Bili dibangun mulai tahun 1991 hingga tahun 1999. Bendungan dengan luas 40.428 hektare dan kapasitas tampung 375 juta m3 ini dibangun dengan biaya Rp 780 miliar.
Bendungan Bili-Bili dibangun untuk mengurangi risiko banjir di Kota Makassar dan sekitarnya akibat luapan air Sungai Jeneberang di bagian hilir. Bendungan Bili-Bili juga menjadi sumber air untuk irigasi dan air baku bagi Perusahaan Daerah Air Minum (PDM) Gowa dan Makassar.
ALB/medcom.id