Selasa, 18 Juli 2017|19:53:50 WIB
Bangka: Sejumlah pasien Indonesia, termasuk yang ada di Bangka ternyata juga kerap memutuskan berobat ke luar negeri seperti Malaysia dan Singapura. Alasannya beragam, di antaranya karena tidak puas dan cukup buruk dengan layanan RS di daerah, atau karena alasan fasilitas kesehatan tidak memadai.
Kepala Divisi Pelayanan Dinas Kesehatan Kabupaten Bangka Tengah Mukhrim mengatakan biasanya masyarakat Bangka Belitung pergi ke luar negeri untuk pengobatan jenis penyakit tertentu, seperti kanker dan jantung.
"Masih banyak yang memilih untuk berobat ke luar negeri, kebanyakan ke Malaka dan Singapura. Biasanya karena kurang puas dengan pengobatan di sini dan itu pun untuk penyakit seperti kanker dan jantung," ujarnya saat menghadiri pembukaan RS Siloam di Bangka Tengah, Bangka Belitung, Senin (17/7).
Hal serupa disampaikan Direktur RS Siloam Bangka, Rudy Susanto. Menurut dia, salah satu alasan masyarakat Bangka berobat ke luar negeri karena standarisasi alat rumah sakit yang digunakan. Rumah sakit seperti di Malaka dan Singapura sudah memiliki standar Join Commission International (JCI) atau level internasional.
Meski demikian, Rudy mengklaim, sudah dua tahun belakangan angka pengobatan masyarakat di Singapura telah berkurang. Namun, dia tidak dapat menyebutkan seberapa besar penurunan angka tersebut.
"Dari data yang kami dapatkan, ada penurunan masyarakat yang datang ke Singapura untuk berobat. Bahkan, agensi rumah sakit di sana benar-benar berusaha lebih keras dan membuka agensi di Indonesia untuk promosi dan membawa pasien ke Singapura," ucapnya.
Selain itu, Rudy mengatakan, jumlah rumah sakit di Indonesia masih belum memadai. Sampai saat ini jumlah rumah sakit masih satu berbanding 10 ribu penduduk. Normalnya, rumah sakit harus berada satu berbanding seribu penduduk.
Rudy menilai, Thailand juga menjadi salah satu destinasi pengobatan masyarakat Indonesia selain Malaka dan Singapura. "Thailand masih nkmor satu dalam medical tourism, karena mereka punya turis yang datang untuk wisata sekaligus mendapatkan pelayanan medis di sana," ujarnya.
Untuk itu, Rudy mengklaim, RS Siloam yang baru saja dibuka di Bangka Tengah akan melakukan upaya untuk mengurangi masyarakat yang berobat ke luar negeri. "Di sini, kami melibatkan empat industri seperti industri kesehatan, industri membiayai asuransi, industri penyuplai obat dan regulator dari pemerintah. Hal ini supaya bisa bersaing secara global," tuturnya.
Keluhan Masyarakat
Bukan hanya persoalan fasilitas kesehatan, tetapi cara seorang dokter menyelesaikan keluhan pasiennya pun menjadi alasan mereka berobat ke luar negeri. Salah satu masyarakat Bangka, Irwan mengatakan, banyak masyarakat yang tidak mendapatkan perawatan yang baik dari rumah sakit yang tersedia.
Salah satunya adalah ketika masyarakat diharuskan operasi karena menderita batu empedu. Irwan mengaku, jahitan pasca operasi tidak semulus yang diharapkan oleh pasien.
"Banyak masyarakat yang mengalami sakit batu empedu dan itu mengharuskan mereka operasi. Tapi jahitan pasca operasi justru tidak beraturan dan kadang masih terbuka, itu yang membuat banyak orang memilih berobat ke luar negeri," ucapnya.
Irwan sendiri mengaku pernah mengalami operasi batu empedu. Dia juga mengalami hal serupa dengan sebgaian besar masyarakat Bangka lainnya.
Ditambahkan oleh Mukhrim, mayoritas masyarakat Bangka yang beragama Islam memilih untuk berobat ke Malaka. Sedangkan masyarakat yang bukan Islam memilih untuk berobat ke Singapura.
rah/cnni/rrn