RADARRIAUNET.COM - MEMASUKI tahun 2016 tampak signifikan karena beriring pemberlakuan implementasi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Inilah paradigma baru ekonomi. Inilah situasi anyar perekonomian. Inilah tantangan kontemporer ekonomi.MEA seyogianya memacu geliat dan pertumbuhan perekonomian kita di kawasan, sembari ini merupakan modal guna memainkan peran di dunia internasional.
Sejatinya kita optimistis menghadapi MEA, dengan berbekalkan kita memiliki semangat, jiwa bisnis, manajemen bisnis, kemampuan berbahasa asing, serta andal berkomunikasi. Perbekalan inilah yangdapat meneguhkan atau meningkatkan daya saing kompetensi dan produktivitas kita, seraya merupakan modal berharga untuk bisa sukses dalam MEA.
Sedari awaldapat diramalkan, bakal selalu muncul kejutan, perubahan, dan perkembangan di era MEA. Maka, kita mesti mampu mengantisipasi atau meresponnya secara profesional. Kejutan, perubahan, dan perkembangan tersebut bersifat positif dan juga negatif. Kejutan, perubahan, dan perkembangan bersifat positif kalau dapat menghadirkan kerjasama ekonomi, keadilan, dan kesejahteraan di antara sesama negara anggota ASEAN. Serta bersifat negatif jika bisa menampilkan dominasi ekonomi, persaingan buta, dan kesenjangan di antara sesama negara anggota ASEAN.
Memang ada pula yang pesimistis menyongsong MEA. Sebagian merasatidak cukup punya bekalguna menyongsong MEA. Secepatnya problem ini kudu dicarikan solusinya, dengan cara memberikanperbekalan seperti yang dipaparkan di atas. Jalan sudah membentang ke depan, mau tak mau, kiranya kita harus berupaya sanggup menempuhnya. Buktikan bahwa kita sesungguhnya bisa.
Dan memangamat disayangkan juga, pada hari-hari menjelang akhir tahun lalu kondisi kehidupan kita diisi kegaduhan, semisal meruyak kasus “Papa Minta Saham”, prahara konflik partai politik, dan skandal korupsi.Sulit dinafikan, kegaduhan nyaris meminggirkan agenda upaya-upaya persiapan dalam rangka menyambut MEA. Sebab konsentrasitersedot membicarakan kegaduhan tersebut. Sekaligus inimungkin mencerminkan sifat kita. Kita sering abai atau menelantarkan sesuatu yang sejujurnya paling urgen.
Elite politisi menghasilkan berita gaduh atau sejumlah perkara aneh lainnya barangkali lantaran elite politisi kurang berkualitas. Jelas, kritik ini bukanlah tanpa dasar.Telah berulang-ulang elit melakukan kekhilafan. Dan betapapun kita memiliki keyakinan, kalau elite berkualitas pastilah tindakannya berkualitas. Bila elite kurang berkualitas tentulah tindakannya kurang berkualitas.
Maka selanjutnya, masih terkait itu,agaknya kita pantas bertanya-tanya, kalau kayak begitu, apakah elite mau turut memedulikan MEA? Punyakah elite visi memperjuangkan pembangunan ekonomi? Apakah elite memiliki gagasan cemerlang kiat berhasil dalam MEA? Punyakah elite komitmen meredam perilaku korupnya? Apakah elite bertekad mengikhtiarkan terejawantahnya kesejahteraan?
Kompetensi SDM
Di antaranya aspek penting yang perlu disiapkan dengan cepat bangsa ini adalah SDM yang kompeten. Kualitas sumber daya manusia merupakan faktor penentu keberhasilan pembangunan dan kemajuan suatu bangsa. Para tenaga kerja dari negara MEA yang memiliki kompetensi kerja yang lebih tinggi, pastinya bakal mempunyai kesempatan kianluas guna memperoleh keuntungan ekonomi di dalam MEA. Dengan demikian, kita harus berusaha dengan sunguh-sunguh guna meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan mengejar ketertinggalan dari negara-negara lain,khususnya di kawasan ASEAN.
Meningkatkan kualitas SDM harus diarahkan pada penguasaan iptek untukmenopang kegiatan ekonomi agar lebih kompetitif. Pemenuhan SDM yang berkualitas dan unggul karenamenguasai iptek, akan berpengaruh terhadap struktur industri di masa depan. Dan apabila sasaran di atas bisa dipenuhi, akan semakin kuat basis industri yang sedang dibangun dan dikembangkan di Indonesia, yang pada gilirannya bakal mendorong transformasi struktur ekonomi secaralebih cepat (Arief Chaniago Niagara, 2015).
Andil Pemuda
Salah satu senjata utama yang kita punya guna memenangkan persaingan MEA ini adalah generasi muda bangsa Indonesia. Pemerintah Indonesiamesti fokus untukmemoles generasi muda bangsa ini. Daya saing harus ditingkatkan, menciptakan semakinbanyak tenaga kerja yang ahli (skilled labor), berikan perhatian lebih pada generasi muda yang mempunyaipotensi besar tapi kekurangan dalam segi ekonomi.
Salah satu solusinya tarik semua sumber daya manusia yang bekerja di luar negeri dan berikan posisi strategis di industri maupun pemerintahan Indonesia dan berikan bantuan ekonomi pada generasi muda yang memiliki potensi,supaya mampu dan terus kreatif (Arief Chaniago Niagara, 2015).
Forum Ekonomi Dunia (WEF) menyiarkan laporan daya saing ekonomi 2015-2016 dari 140 negara. Negara dengan peringkat daya saing ekonomi tertinggi adalah Swiss (1), Singapura (2), Amerika Serikat (3), Jerman (4), Belanda (5), Jepang (6), Hong Kong (7), Finlandia (8), Swedia (9), serta Inggris (10).Sementara peringkat Indonesia adalah ke-37. Bila dibandingkan dengan sesama Negara ASEAN, daya saing Indonesia kalah dari tiga negara tetangga, seperti Singapura yang berada di peringkat2, Malaysia (18), serta Thailand (32).
Indonesia hanya menang dari Filipina (47), Vietnam (56), Laos (peringkat 83), Kamboja (90), dan Myanmar (131). Serta jika dibanding negara di luar Asia Tenggara, daya saing Indonesia cuma unggul diantaranya dari Italia (43), Rusia (45), India (55), dan Brazil (75). Pemeringkatan ini mesti dijadikan cermin sembari untuk melakukan refleksi dan mencari solusi guna menata perekonomian kita agar semakin bagus nan maju
Penilaian peringkat daya saing berpedoman pada 12 sendi daya saing, yakni manajemen institusi, infrastruktur, kondisi ekonomi makro, kesehatan dan pendidikan dasar, pendidikan tinggi dan pelatihan, efisiensi pasar, efisiensi tenaga kerja, pengembangan pasar keuangan, kesiapan teknologi, ukuran pasar, lingkungan bisnis, serta inovasi.
Dalam konteks MEA, daerah mesti mampu menggali potensi ekonominya. Sebagaimana jamak diketahui, selama ini sebetulnya daerah punsudah punya kegiatan ekonomi khasnya. Ke depannya daerah mestimengembangkan ekonomi khasnya. Tidak dapat dipungkiri, ekonomi khas di daerahmerupakan “ciri pembeda, keunggulan, dan keistimewaan” di pasar bebas, sembari ini adalah modal guna memenangkan persaingan. Contohnya Cirebon memiliki aktifitas ekonomi khas: Kerajinan rotan, batik, kuliner, serta wisata seni budaya dan religi.
Oleh Verry Wahyudi, Peminat Masalah Politik dan Ekonomi/fajarnews