RADARRIAUNET.COM - Dalam menunjang performence Bank Riau Kepri saat ini, perlu melakukan berbagai hal untuk dapat mengembangkan diri agar mampu bersaing di pasar global perbankan di era globalisasi saat ini.
Untuk itulah, pihak Bank Riau Kepri, Jumat (24/6), melakukan acara Workshop dengan mengangkat Tema Peranan Obligasi Sebagai Penguatan Pembiayaan Jangka Panjang dan IPO untuk Peningkatan Daya saing sebagai 'Corporate Action' dalam era globalisasi.
Tidak dapat dipungkiri bahwa era globalisasi dan MEA yang saat ini sudah larut dalam dunia persaingan bisnis yang ketat di Indonesia. Hal itu akan menjadi sebuah tantangan besar bagi setiap corporate atau badan usaha tak terkecuali dunia perbankan khususnya dalamBank Riau Kepri.
Untuk itulah Bank Riau Kepri melalui kesempatan Workshop ini menghadirkan tokoh dan analisis perbankan dan seluruh elemen penting di internal Bank Riau Kepri terkait dengan upaya 'Corporate action' sesuai dengan program utama dirut Bank Riau Kepri dan upaya penyatuan persepsi dari semua stakeholder Bank Riau Kepri.
Dalam kesempatan ini, Dirut Bank Riau Kepri DR. Irvandi Gustari sengaja mengundang pembicara yang dianggap punya kompetensi handal di bidang obligasi dan Ipo, yaitu Prof. Dr. Alder Haymans Manurung, dalam pemaparanya yang cukup luas menekankan, "Prinsipnya, sepanjang arus kas (casflow) perbankan itu masih sehat dan bagus tidak ada batasan tertentu untuk menerbitkan obligasi, " katanya.
Menurutnya, dalam dunia bisnis perbankan yang paling penting adalah menjaga reputasi. Bagi bank manapun di dunia ini, yang paling penting adalah mempertahankan rasio reputasi, "Kita meminjam dana orang lain, dan kita kelola dengan baik, kita bayar tepat waktu, dan kita akan pinjam lagi dengan jumlah yang lebih besar, siapa yang larang?," tuturnya.
Dalam acara worksop yang digagas Direktur Bank Riau Kepri ini, dibuka ruang dan kesempatan untuk berdiskusi serta mengajukan pertanyaan kepada narasumber terkait dengan obligasi dan Ipo. Dari pihak BPKP provinsi Riau, mencoba pertanyakan salah satu hal terkait dengan chois antara prioritaskan bond, atau Ipo, Alder menjawab dengan sederhana,"Kita ada modal 150 perak, dan utang ada 150 perak, mana yang akan kita dahulukan, bayar utang, atau bangun usaha?" ujarnya.
Menurutnya dalam keadaan itu, seharusnya Bank lebih mengutamakan perbaikan kedalam dulu, kemudian barulah melirik pengembangan ke publik.
Dalam pidato sambutannya, Dirut Bank Riau Kepri, Irvandi Gustari, mengharapkan kedepan Bank Riau Kepri dapat meningkatkan modal tetapnya dengan meningkatkan penerbitan Obligasi sebagai penguatan dalam pembiayaan khususnya dalam jangka panjang 3 sampai 5 tahun.
Menurutnya, untuk mempertahankan kekuatan pembiayaan yang berorientasi pada pengembangan dan persaingan di era globalisasi, tidak relevan lagi hanya bertumpu pada dana pihak ketiga yang relatif waktunya singkat. Bank Riau Kepri sudah seharusnya dapat memiliki dana suntikan tetap dengan menerbitkan obligasi yang bernilai lebih besar dan berjangka panjang.
"Kita ingin berkembang, dan dapat berdaya saing dengan Bank daerah lainya di Indonesia," katanya.
Menurutnya Bank Riau Kepri sejauh ini masih hanya menerbitkan obligasi dengan jumlah yang masih rendah dan jauh dibawah modal, yaitu sebesar 500 Miliyar. Masih sekitar 1% dari jumlah permodalan Bank Riau Kepri saat ini.
"Bank DKI aja yang modalnya tidak jauh beda dengan Bank Riau Kepri sudah menerbitkan obligasi senilai 2 triliyunan, demikian juga dengan Bank Sumsel Babel dan Bank jabar, bahkan sudah go publik," tambahnya.
Dalam pandangan Irvan, apa yang ada didepan mata adalah sebuah kesempatan besar untuk segera diraih dengan cara yang paling tepat. Reputasi bank dan dukungan modal melalui pihak asing, kita harus turut membangun Riau. " Untuk dapat mengelola proyek besar seperti rencana pemerintah membangun jalan tol, kita harus siapkan modal. Kita sebagai bank pemerintah daerah tidak mungkin menonton saja," katanya.
Feri Sibarani, STP/radarriaunet.com