RADARRIAUNET.COM - Autisme merupakan sebuah gangguan perkembangan anak yang jumlahnya meningkat setiap tahun. Untuk di Amerika, mereka mencatat setidaknya 1 dari 45 anak terindikasi autisme.
Perkembangan ilmu pengetahuan benar-benar membantu manusia dalam mendeteksi kesehatan. Begitupun dengan anak yang terindikasi autisme, mereka memiliki peluang hidup yang lebih besar dari sebelumnya, tumbuh menjadi lebih bahagia dan produktif.
Penelitian mencatat, 46% anak-anak yang terindikasi autisme memiliki kecerdasan di atas rata-rata. Meski demikian, peneliti mempelajari lebih dalam tentang gangguan spektrum autisme (ASD) berdasarkan kesulitannya dalam berinteraksi dan bersosialisasi, komunikasi verbal dan komunikasi non verbal.
Bagaimana mengenali autisme dan mengatasinya?
Di awal diagnosis
Dr. Lisa Shulman, MD. Direktur Rehabilitasi, Evaluasi dan Pembelajaran untuk Autistic Bayi dan Balita di Kennedy Center di The Albert Einstein College of Medicine dan Sistem Kesehatan Montefiore di Bronx, mengungkapkan otak bayi cukup elastis untuk dirangsang dengan interaksi sosial dan bahasa ketika di awal ibu menyadari ia mengindap autisme, rangsangan tersebut dapat menyambungkan sel-sel yang dapat meminimalkan efek dari autisme.
Untuk menyadari gejala autisme sejak bayi, ibu dapat memperhatikan kontak matanya di usia dua bulan. Mendiagnosis autisme terlalu dini memang masih diragukan, tetapi orang tua dapat membantu bayi ketika dirasa tidak sensitif terhadap rangsangan cahaya dan suara.
Penyebab autisme
Setidaknya 50 persen dari kasus autisme yang terdiagnosis ditelusuri berasal dari mutasi gen yang ternonaktif dari sekitar 500 gen yang ditemukan dalam tubuh anak. Terdapat 200 gen yang berperan dalam perkembangan sel perkembangan otak awal. Ya genetika memainkan peran sebagai penyebab autisme.
Tidak hanya itu, pola hidup juga mempengaruhi. Anak-anak yang lahir dari perempuan yang memiliki obesitas, memiliki tekanan darah tinggi atau diabetes, setidaknya memiliki peluang 60 persen risiko mengidap autisme. Hal tersebut disebabkan karena kadar gula yang tidak terkontrol menjadi ciri kondisi yang dapat merusak perkembangan otak.
Satu hal yang dipastikan peneliti, bahwa vaksin tidak memainkan peran. Artinya, vaksin tidak bikin autis.
Masalah kesehatan serius
Sekitar 65 persen penderita autisme juga menderita apraxia atau tidak dapat bergerak karena otak tidak memberi sinyal, dan juga gangguan bicara langka. Hampir 30 persen pula penderita autisme menunjukan tanda-tanda ADHD atau Hyperactivity disorder, yang merupakan gejala hiperaktif dan sulit berkonsentrasi. Selain itu penderita autisme seringkali cemas, depresi, gangguan tidur, sembelit, diare, radang usus, dan beberapa gangguan pencernaan yang diakibatkan oleh bakteri buruk.
Salah diagnosis
Sekitar 13 persen anak-anak awalnya terdiagnosis autisme namun pada akhirnya didiagnosis sebaliknya, karena makin meningkatnya ketrampilan dan pengetahuan. Beberapa anak berkemungkinan salah terdiagnosis. Kesalahan sering terjadi pada anak laki-laki karena banyak anak laki-laki bertingkah hiperaktif. Sedangkan anak perempuan cenderung terlihat berbeda antara yang mengindap autis atau yang tidak.
Orang tua menjadi terapis pengobatan
Beberapa orang beranggapan bahwa autisme merupakan penyakit yang membutuhkan terapis khusus yang harganya tidak murah. Tetapi nyatanya orang tua dapat mengambil peran dalam tahap penyembuhan si kecil, dengan beberapa terapi sederhana seperti berbicara, mendengarkan, meniru.
Beberapa hewan juga dapat menjadi partner orang tua menyembuhkan autis untuk mengurangi agresi dan rileksasinya, seperti: kelinci, lumbalumba, kucing. Hewan tersebut sangat membantu meringankan kecemasan sosial rangsangan untuk memicu timbulnya hormon oksitoksin untuk meningkatkan keterampilan sosial dan emosional.
CNN/ RRN