Jakarta (RRN) - Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund/IMF) menyarankan pemerintah Indonesia untuk segera melakukan revisi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2016.
Resident Representative IMF untuk Indonesia Ben Bingham mengatakan dengan revisi APBN lebih cepat, ada kepastian bagi pemerintah untuk menyesuaikan alokasi anggaran khususnya dalam membiayai pembangunan infrastruktur.
Pasalnya, anggaran pembangunan infrastruktur merupakan salah satu andalan Indonesia dalam menghadapi tantangan berat perlambatan ekonomi global tahun ini.
"Ada beberapa langkah yang bisa ditempuh Indonesia untuk menghadapi guncangan ekonomi tahun ini salah satunya melalui fleksibilitas fiskal seperti revisi APBN. Kami melihat perlu ada penyesuaian (APBN) lebih cepat untuk memberikan kepastian terhadap keberlanjutan pembangunan infrastruktur," ujar Bingham di Jakarta, Senin (21/3).
Salah satu pos yang perlu mengalami koreksi, menurut Ben adalah target penerimaan negara.
"Pemerintah berisiko menghadapi shortfall penerimaan tahun ini apabila tidak mampu menangkal lebih awal tantangan dalam memungut pajak," ujar Bingham.
Menurutnya, tahun ini pemerintah harus mempertimbangkan kembali implementasi pengukuran penerimaan negara. Pemerintah diharapkan mampu memanfaatkan momentum perubahan Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai (PPN), Pajak Penghasilan (PPh) maupun pengampunan pajak (tax amnesty) untuk membuat ukuran baru dalam target penerimaan negara.
"Banyak hal yang masih bisa dilakukan untuk ekstensifikasi pajak. Pengenaan pajak untuk barang-barang seperti bahan bakar, kendaraan pribadi dan tembakau masih ada peluang untuk dioptimalkan," katanya.
Pangkas Belanja
Selain itu, IMF juga menyarankan adanya pemangkasan anggaran belanja tahun ini. Khususnya pemotongan anggaran belanja untuk sektor-sektor yang non prioritas. Dengan antisipasi yang lebih awal ini, pemerintah tidak perlu lagi pusing memutar otak untuk menambal target penerimaan pada saat akhir tahun.
Tahun ini IMF memproyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya akan mencapai 4,9 persen, lebih tinggi dari rata-rata total pertumbuhan ekonomi global yang mencapai 3,6 persen.
Meski proyeksi tersebut dinilai pesimistis oleh pemerintah Indonesia, menurutnya, angka proyeksi tersebut lebih bagus jika dibandingkan proyeksi pertumbuhan negara-negara berkembang (emerging market) lainnya yang diprediksi stagnan bahkan mundur.
"Brazil, Rusia dan Afrika Selatan tahun jauh lebih lambat tahun ini, namun kami yakin Indonesia akan lebih baik dibandingkan mereka," katanya.
CNN/ Alex