Masyarakat Indonesia Minim Pengetahuan tentang DBD
(Foto: Livescience)

Masyarakat Indonesia Minim Pengetahuan tentang DBD

Kamis, 03 Maret 2016|23:51:34 WIB




Jakarta (RRN) - Perusahaan farmasi GCK Consumer Healthcare Indonesia melakukan survei untuk mengetahui seberapa besar tingkat pengetahuan masyarakat Indonesia tentang penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD). 
 
Penelitian dilakukan pada 2015, dan melibatkan seribu responden berusia 15-24 tahun, di beberapa kota besar. 
 
Hasilnya, 97 persen masyarakat mengetahui bahwa DBD memiliki gejala ruam kulit saja. 
 
"Padahal, ada gejala lain seperti tidak nafsu makan, muntah, nyeri perut hebat," ungkap Prof. DR. dr. Sri Rezeki Hadinegoro, Sp. A (K), Guru Besar Divisi Infeksi dan Penyakit Tropis Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUI-RSCM dalam edukasi kesehatan bertajuk Bersama Melawan Demam Berdarah, di Hotel JW Marriot, Jakarta, Kamis (3/3/2016).
 
Gejala lain yang muncul adalah lemah dan lesu sehingga ingin berbaring terus, perilaku berubah, pucat, tangan dan kaki terasa dingin, tidak buang air kecil lebih dari 4-6 jam. Bila sudah parah, gejala ditandai pendarahan yang terlihat dari feses berwarna hitam. 
 
Beberapa wanita yang menderita gejala DBD juga mengalami menstruasi yang tak wajar. 
 
Soal pengobatan, 65 persen dari mereka mengaku tidak tahu jenis obat seperti apa yang harus dihindari saat terkena DBD. Sebanyak 10 persen responden juga tidak tahu bahwa obat-obatan Anti Infarmasi Non Steroid (AINS) adalah salah satu yang harus dihindari.
 
AINS adalah golongan obat analgesik yang bisa mengurangi rasa sakit, demam, dan peradangan. Contoh AINS adalah ibuprofen dan naproxen. Obat ini tidak direkomendasikan kepada penderita DBD karena berpotensi meningkatkan risiko gangguan lambung dan pendarahan.
 
DEV/ MTVN/RRN






Berita Terkait

Baca Juga Kumpulan Berita LIFE

MORE

MOST POPULAR ARTICLE