Selasa, 17 November 2015|11:23:09 WIB
KAMPAR (RRN) - Kondisi jalan di Kecamatan XIII Koto Kampar dan Kecamatan Koto Kampar Hulu rusak berat akibat aktifitas truk angkutan galian C yang melintas di dua kecamatan tersebut.
Diduga, bukan hanya melewati tonase tapi aktifitas penambangan yang dilakukan juga tidak mengantongi izin.
Namun yang lebih disayangkan lagi, banyak tokoh di dua kecamatan tersebut bungkam dan terkesan tutup mata.
“Banyaknya truk yang mengangkut material galian C menyebabkan ruas jalan di kecamatan ini rusak berat. Namun yang lebih menyedihkan lagi banyak pejabat dan anggota DPRD Kampar yang berasal dari kecamatan ini terkesan melakukan pembiaran dan tutup mata," kata warga Koto Tuo, Effendi, Minggu (15/11/2015).
Disebutkannya, truk-truk yang mengangkut material galian C seperti pasir, campuran pasir batu, dan tanah timbun itu perlu diawasi secara ketat ketika melintas.
Effendi menduga persoalan jalan rusak karena lemahnya pengawasan dari pemerintah baik kecamatan maupun kabupaten. "Ini akan menambah beban APBD setiap tahunnya, karena lemahnya pengawasan dari Pemerintah," katanya.
Dikhawatirkan, jika kondisi itu terus dibiarkan, tidak tertutup kemungkinan dana yang tersedot melalui APBD untuk perbaikan jalan tersebut setiap tahunnya akan semakin besar.
Berdasarkan pantauan media ini, angkutan galian C telah menghancurkan badan jalan utama yang ada di kecamatan itu. Lobang-lobang cukup besar terlihat menganga disepanjang jalan.
Kerusakan terparah terjadi Desa Gunung Bungsu, Muaratakus, Kototuo, Pongkai hingga ke Desa Batu Bersurat.
Hal serupa dikatakan oleh warga Desa Muaratakus, Dony. Ia dan warga lainnya merasa geram dengan ulah oknum pengusaha pertambangan galian C yang tidak mau bertanggungjawab dan terkesan hanya mencarai keuntungan.
“Banyak warga yang menginginkan agar usaha galian C ini untuk segera ditutup karena pihak pengusaha tak kunjung memberikan bantuan untuk segera memperbaiki jalan desa yang rusak akibat dilewati truk-truk pengangkut pasir galian C tersebut,” ujarnya.
“Begitu juga dengan pemerintah yang saya nilai tutup mata terhadap persoalan ini,” tambahhya.
Saat disinggung adanya dugaan pemilik galian C tersebut adalah keluarga petinggi di Kabupaten ini, Dony mengaku belum tau persis.
“Desas-desusnya seperti itu, jikapun benar jangan sampai kepentingan jadi terganggu,” ujarnya. (tim/fn)