Selasa, 10 November 2015|12:11:36 WIB
JAKARTA (RRN) - Sehari-hari, Jenderal Than Shwe tak pernah menunjukkan sisi feminin. Sebagai pemimpin tertinggi junta militer Myanmar, Jenderal Than tentu tak ingin kelihatan lembek. Tak heran jika penampilannya pada satu acara nasional empat tahun lalu membuat warga Myanmar alias Burma tak habis pikir.
Pada acara yang disiarkan langsung di stasiun televisi pemerintah itu Jenderal Than Shwe dan jenderal-jenderal senior lainnya mengenakan sarung acheik yang lazimnya dipakai perempuan. "Aku tak mengerti mengapa para jenderal itu mengenakan pakaian perempuan...Mereka tampak aneh," ujar Myint Oo, pemilik bengkel di Rangoon.
Baik laki-laki maupun perempuan di Burma memang biasa mengenakan sarung dalam upacara tradisional. Motifnya lah yang membedakan mana sarung untuk laki-laki dan mana sarung bagi perempuan. Sarung longyi, bukan sarung acheik yang mestinya dipakai Jenderal Than.
"Itu yadaya, ilmu hitam," ujar seorang peramal di Myanmar soal busana tak lazim Jenderal Than kepada Irrawaddy.
Bukan hal aneh bagi para jenderal Burma untuk percaya yadaya. Kabarnya, Jenderal Ne Win yang berkuasa dari 1962 hingga 1988 pernah menembak bayangannya di cermin lantaran percaya nasihat juru ramalnya bahwa akan ada upaya pembunuhan terhadapnya. Menurut Ben Rogers, penulis biografi, Jenderal Saw Muang juga "memelihara" sejumlah tukang nujum.
Percaya pada "ilmu hitam" dan hal-hal gaib memang bukan hal luar biasa di Myanmar. Dari rakyat biasa, pengusaha kaya raya, sampai jenderal yang biasa memimpin ribuan prajurit pun sering bersandar kepada ramalan dukun dalam mengambil keputusan. Pada 9 September lalu, ratusan orang berkerumun di satu gedung di pinggiran kota Rangoon. Mereka tak sedang menyimak orasi kampanye calon anggota hluttaw atau parlemen Burma.
Mereka sedang menunggu untuk mendapatkan berkah dari arwah Bo Min Khuang, tokoh spiritual di Myanmar. Diselenggarakan pada bulan ke-9, pada tanggal 9 dan dimulai persis pukul 9, acara itu, menurut MyanmarNow, dibiayai oleh perusahaan Shwe Than Lwin milik pengusaha Kyaw Min yang dekat dengan lingkaran kekuasaan di Burma. Bagi rakyat Burma, angka 9 diyakini sebagai angka penuh keberuntungan.
"Semoga segera turun hujan uang dan permata," seorang perempuan berdoa di depan patung lilin perlambang Bo Min Khuang. Menurut Poe Poe, 26 tahun, arwah Bo Min Khuang telah banyak membantunya. "Saat aku merasa tertekan dalam pekerjaan, beliau selalu menuntunku lewat pelbagai jalan...Dia membuktikan keberadaannya kepadaku."
Besok, Burma akan menyelenggarakan pemilihan umum yang konon akan berlangsung demokratis. Pemilu demokratis terakhir di Myanmar sudah lewat 25 tahun lalu dan dimenangkan oleh Partai Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD) yang didirikan oleh Aung San Suu Kyi. Tapi kala itu, junta militer tak mengakui hasilnya. Presiden Myanmar Thein Sein menjamin, pemilihan umum kali ini bakal berlangsung bebas dan adil.
Kendati kampanye Aung San Suu Kyi selalu penuh sesak dengan ribuan pendukung, tapi tetap sulit ditebak apakah Suu Kyi yang bakal menentukan masa depan Myanmar setelah pemilu nanti. Tak cuma menurut konstitusi Suu Kyi tak boleh jadi Presiden lantaran anaknya berkewarganegaraan asing, apakah rezim militer rela melepaskan kekuasaan juga tak bisa ditebak. Presiden Thein Sein mengatakan rezim lama bakal menghargai hasil pemilu, tapi di lapangan, ceritanya mungkin bakal lain.
Menjelang pemilihan umum Myanmar yang sulit diramal hasilnya, juru ramal tak pernah sepi pengunjung. Barangkali memang hanya mereka yang bisa memberikan keyakinan kepada para politikus Myanmar untuk meneropong masa depan negeri itu. Kendati dijegal konstitusi buatan junta militer, juru nujum San Zar Ni Bo tetap yakin Suu Kyi bakal menjadi Presiden Myanmar tahun depan. Dia meneropong masa depan Suu Kyi lewat tanggal kelahirannya, 19 Juni 1945.
"Dia seorang Gemini, bintang lambang para raja. Gemini berkaitan erat dengan Myanmar dan bintang itu bakal makin terang pada 2016 nanti, tahun di mana Suu Kyi bakal menjadi pemimpin pemerintahan," kata San Zar Ni Bo, pengacara yang beralih profesi jadi tukang ramal, seperti dikutip MyanmarTimes.
Tapi lain lagi ramalan Aung Myin Kyaw. Dia percaya partai pemerintah, Partai Pembangunan dan Persatuan Solidaritas (USDP) bakal kembali berkuasa. Dia biasa meramal berdasar posisi bintang di langit. Pada 2012, ramalan Aung Min bahwa Barack Obama bakal terpilih kembali sebagai Presiden Amerika Serikat tak meleset.
"Tapi aku tak meramal hanya berdasar astrologi, tapi juga berdasar pemahaman politik," kata Aung Min Kyaw. Presiden Myanmar nanti, menurut Aung Min, lahir pada hari Kamis. "Aung San Suu Kyi lahir pada hari Selasa". (sap/ega/fn)