Jumat, 16 Oktober 2015|15:44:12 WIB
JAKARTA (RRN) - "Little Tokyo", adalah mimpi beberapa pengembang menciptakan kawasan yang mereka garap menyamai atau setidaknya mirip ibu kota Jepang, Tokyo. Serba tertata rapi, fasilitas lengkap, maju, modern, dinamis, dan kota dengan denyut nadi ekonomi yang terus tumbuh.
Realisasi mimpi tersebut mulai dirintis oleh pengembang-pengembang kakap sekelas PT Lippo Karawaci Tbk (LPKR) dengan Orange County dan Lippo Cikarang, Sinarmas Land Group dengan kawasan bisnisnya diBSD City, dan Ciputra Group dengan Little Ginza.
Mereka tidak saja menggaet dana Jepang, melainkan secara bersama merancang konsep dan menghadirkan "Little Tokyo" di kawasan pinggiran Jakarta seperti Cikarang (Bekasi), Serpong (Tangerang Selatan), dan Cikupa (Tangerang).
Tak hanya pengembang besar, pengembang gurem pun ikut latah meramaikan kancah kompetisi sektor properti menjual segala hal berbau Jepang. Dalam catatan Colliers International Indonesia, terdapat nama Triniti Group. Mereka mengembangkan Yukata Apartment.
Sekilas nama proyek hunian vertikal berlokasi di Serpong ini sangat Jepang. Namun, siapa kira pengembang dan kontraktornya ternyata asli Indonesia.
"Mereka hanya menjual nama dan konsep ala Jepang. Terhadap fenomena ini, para pengembang, investor, dan kontraktor yangbeneran Jepang pun hanya bisa menertawakannya," ungkap Ferry, Sabtu (9/10/2015).
Lantas, apa yang membuat para pengembang tersebut ngebet membumikan kredo Negeri Sakura ke Indonesia?
Jepang, diakui Chief Marketing Officer Lippo Homes, Jopy Rusli, berbeda. Mereka menawarkan nilai tambah, kualitas, prestise, dan potensi keuntungan tinggi. Kawasan yang dikembangkan LPKR secara bersamaan dengan Mitsubishi Corporation, contohnya, telah meningkat citranya di mata pasar.
"Jepang jaminan mutu," tandas Jopy kepada awak media , Rabu (14/10/2015).
Dalam analisa Ferry, citra Jepang bisa tertanam di benak konsumen Indonesia demikian kuat, karena apa pun yang berbau Jepang diartikan sebagai kualitas. Mulai dari mobil yang bandel dan irit, elektronik tahan lama, hingga konstruktor yang berkualitas tinggi.
Pengembang Indonesia rela mengeluarkan duit lebih mahal untuk memakai jasa konstruktor Jepang karena mereka mampu merelokasi sakit kepala urusan konstruksi ke kepala para konstruktor Jepang. Sementara konstruktor lokal belum tentu menawarkan hasil yang berkualitas, selain tentu saja masih menyisakan urusanpuyeng dan ribet.
"Komitmen mereka juga tinggi sehingga pengembang tidak masalah harus membayar lebih mahal karena nama konstruktor Jepang yang dipasang di brosur properti secara langsung meningkatkan citra dan harga jual," urai Ferry.
Skala kota
Demi alasan itu pula, LPKR kemudian menggiring pasar untuk berpaling ke Orange County melalui anak usaha PT Lippo Cikarang Tbk. Saat ini mereka tengah mengerjakan megaproyek skala kota terpadu seluas 322 hektar. LPKR membagi kawasan pengembangan ke dalam zona-zona khusus. Salah satunya adalah area dengan konsentrasi pada gaya hidup, kultur, dan spirit Jepang alias "Little Tokyo".
"Saya membayangkan ini jadi Little Tokyo atau Little Japan. Lokasi ini akan dikenal menjadi lokasi orang Jepang tinggal. Ada keterlibatan emosional," ujar Presiden Direktur PT Lippo Cikaang Tbk, Meow Chong Loh di sela-sela acara Sakura Matsuri, di Maxxbox Orange County, Cikarang, Bekasi, Sabtu (25/4/2015).
Orange County yang diperkirakan menelan dana sekitar Rp 250 triliun, diawali pembangunannya dengan Maxx Box Orange County seluas 6 hektar. Dilanjutkan dengan Orange County Business District (OCBD) seluas total 13,5 hektar.
Di Maxx Box Orange County terdapat fasilitas Hypermart, Cinemaxx, yang dilengkapi dengan pusat kuliner serta pusat permainan Timezone, Showcase Orange County, serta Japanese School.
Selain Orange County, LPKR juga telah menjejakkan rekamnya membangun "Little Jepang" di Lippo Cikarang. Pesatnya jumlah ekspatriat dan perusahaan Negeri Matahari Terbit di Cikaranglah yang mendorong LPKR secara khusus mengakomodasi dengan membangun ‘AXIA South Tower’. Ini merupakan hunian berkonsep apartemen servis hasil patungan usaha dengan beberapa perusahaan besar Jepang.
Sebelumnya, tahun 2013, LPKR telah meresmikan Japanese Small Medium Enterprise Centre (Japanese SME’s Centre). Japanese SME’s merupakan sentra bisnis yang melayani Usaha Kecil Menengah dari Jepang dengan luas area 5,3 hektar. Saat ini sudah beroperasi sekitar 30 perusahaan. Kebanyakan perusahaan tersebut merupakan perusahaan kecil yang menyuplai kebutuhan perusahaan besar di Cikarang misalnya Honda, Nissan, dan Toyota.
Keseriusan serupa ditunjukkan Sinarmas Land Group. Mereka merancang kawasan komersial di BSD City tahap kedua sebagai "Little Tokyo". Ada banyak investor asal negeri Sakura yang tertarik membenamkan dananya untuk membangun properti-properti komersial.
CEO Group Sinarmas Land, Michael Widjaja, menuturkan, selain AEON Group, Tokyu Land, dan Mitsubishi Corporation, ada beberapa nama lainnya yang sudah menyatakan ketertarikannya bekerjasama ataupun mengakuisisi lahan siap bangun di kawasan BSD City.
Kendati tidak bersedia menyebutkan nama, Michael memastikan perusahaan-perusahaan tersebut ada yang berbasis bisnis properti, maupun industri. Nantinya, dalam satu area komersial, akan berkumpul perusahaan-perusahaan Jepang.
"Investor Jepang memang sedang bergairah membidik Indonesia. Kami membuka opsi kerjasama ini dan akan membuat kawasan BSD City sebagai international commercial area semacam 'Little Tokyo'. Tahun depan mereka akan mulai signing," ungkap Michael kepada awak media , usai seremoni peletakan batu pertama dimulainya pembangunan BRANZ BSD, di Kabupaten Tangerang, Jumat (11/9/2015).
Little Ginza
Sedangkan kelompok usaha Ciputra Group melalui PT Ciputra Residence telah menjalin kolaborasi strategis bersama dengan entitas kakap Jepang, Mitsui Fudosan Residential. Usai sukses dengan produk premium klaster Aurora di kawasan Ecopolis CitraRaya, Tangerang, keduanya melansir produk terbaru, Little Ginza Business District.
Little Ginza Business District merupakan properti komersial berupa ruko tiga lantai yang dirancang dengan pendekatan arsitektural ala Jepang. Kawasan Little Ginza mirip dengan pusat perdagangan, bisnis, dan investasi di Tokyo, Jepang.
General Manager Marketing PT Ciputra Residence Yance Onggo mengatakan, pembangunan proyek Little Ginza dimulai pada Agustus, seiring dengan peluncuran perdana. Sementara jadwal operasional akan dilakukan pada tahun 2017 mendatang.
“Kami membangun ruko untuk memenuhi kebutuhan yang semakin meningkat seiring dengan pertumbuhan jumlah penduduk di CitraRaya. Selain itu munculnya peritel-peritel menengah dan besar yang masuk ke kawasan ini juga ikut memperkuat motivasi kami,” papar Yance dalam keterangan tertulis, Jumat (21/8/2015).
Lokasi Little Ginza berdekatan dengan Little Kyoto EcoPark, EcoPlaza, Mall Ciputra yang akan dibangun pada 2016, Sekolah Citra Berkat, dan CitraRaya City Center seluas 15 hektar. (kps/fn)