Selasa, 13 Oktober 2015|13:54:52 WIB
Masyarakat Pujud, Rohil lakukan kontrak politik dengan pasangan Herman Sani-Taem pada Pilkada Desember mendatang. Diantaranya meminta pembangunan jembatan penghubung di lima kepenghuluan.
PUJUD (RRN) - Pasangan Herman Sani-Taem menandatangani kontrak politik dengan masyarakat Pujud. Kontrak politik tersebut diantaranya, jika menang, harus membangun jembatan yang menhubungkan lima kepenghuluan.
Informasi yang berhasil wartawan rangkum, kontrak politik tersebut ditandatangani, Ahad (11/10/15), lima kepenghuluan yang mengharapkan jembatan itu, Kasang Bangsawan, Bagan Nenas, Sungai Tapa, Ulak Kumahang dan Air Hitam.
Sudarman, Ketua Tim Relawan Pemenangan Kecamatan Pujud mengungkapkan, usulan pembangunan jembatan di beberapa desa di Kecamatan Pujud sudah sering diajukan ke Pemkab Rohil. Namun hingga sekarang, belum juga ada tanda tanda di realisasikan. Dengan begitu, masyarakat Kecamatan Pujud, hanya mempercayakan amanahnya untuk dipimpin pasangan Herman-Taem untuk memimpin Rohil 5 tahun mendatang.
"Ada lima desa didalam terisolir, dan pembangunan jembatan sudah berulang kali diusulkan ke pemerintah tak pernah ditanggapi, itu berarti pemerintah tidak mengerti kebutuhan masyarakat," ujarnya.
Sementara itu, Purwaji, Ketua Tim Pemenangan Paslon Mantap dalam orasi politiknya menjelaskan, warga Rohil khususnya kepenghuluan Kasang Bangsawan bersyukur adanya putra terbaik Rohil Herman Sani maju pada pilkada 2015 ini.
Sebab, Herman Sani merupakan satu-satunya calon bupati Rohil yang mempunyai pengalaman lebih, dibanding paslon lainnya karena sudah pernah bekerja di Kementrian Percepatan Daerah Tertinggal, Provinsi Riau serta dikabupaten lain.
Herman Sani, Calon Bupati Rohil nomor urut 4 itu mengatakan, pembangunan jembatan dan infrastruktur jalan merupakan komitmen mereka berdua bersama Taem yang harus diutamakannya jika terpilih periode mendatang.
"Ini akan jadi komitmen kami, pemerintahan kedepan adalah dari rakyat untuk rakyat. Jadi, jembatan yang ada didepan kita ini akan dibangun dan itu merupakan harga mati," tagas Herman. (nop/fn)