Menjelajahi Kampung Adat di Lembah Jerebu’u Flores
FOTO: kompas.com

Menjelajahi Kampung Adat di Lembah Jerebu’u Flores

Jumat, 02 Oktober 2015|13:47:41 WIB




FLORES (RRN) - MENJELAJAHI Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur tidak saja mengunjungi Danau Tiga Warna Kelimutu di Kabupaten Ende dan Taman Nasional Komodo di Kabupaten Manggarai Barat. Masih ada begitu banyak lembah-lembah yang menyimpan keunikan-keunikan alam dan arsitektur orang Flores.

Salah satu dari sekian banyak lembah yang menyimpan potensi pariwisata di bagian tengah Pulau Flores adalah Lembah Jerebu’u di Kecamatan Inerie, Kabupaten Ngada, Nusa Tenggara Timur sebagai museum budaya.

Ada apa di Lembah Jerebu’u? Lembah Jerebu’u yang berada di bawah kaki gunung berapi Inerie terdapat kampung-kampung adat yang berusia ratusan tahun. Selain melihat arsitektur rumah adat warga masyarakat Ngada yang sangat langka, wisatawan asing dan nusantara dapat menikmati pemandangan alam di lembah Jerebu’u serta keelokan gunung berapi Inerie.

Bahkan, artis nasional sudah membuat film dengan judul Inerie dengan lokasi pembuatan film berada di lembah Jerebu’u.
Lembah Jerebu’u menjadi museum budaya di bagian Flores Tengah di mana lembah ini merupakan lembah pariwisata Kabupaten Ngada.

awak media  menyempatkan diri mengunjungi Lembah Jerebu’u pada Sabtu (19/9/2015) yang awalnya mengunjungi Kampung adat Tololela untuk menyaksikan pergelaran musik tiup tradisional Bombardom yang diprakarsai Yayasan Indecon Indonesia.

Biasanya impian wisatawan selama ini adalah datang, melihat dan mengabadikan keunikan dan keelokan rumah adat Kampung Bena yang sudah sangat terkenal di kalangan wisatawan asing.  

Rasa penasaran itu akhirnya terwujud saat mengunjungi Kampung Adat Bena yang sudah terkenal di Eropa. Ada tiga Kampung adat di Lembah Jerebu’u yang memiliki keunikan masing-masing dari segi arsitektur rumahnya.
 Kampung Adat Bena

Selama ini turis asing dan nusantara yang dipandu oleh pemandu lokal selalu mengantarkan tamunya untuk mengunjungi Kampung Adat Bena. Apa yang indah dan unik di Kampung Adat Bena?

Bagi seorang antropolog akan terasa keunikan-keunikan bangunan rumah adat masyarakat Bena. Sementara bagi seorang yang sedang belajar arsitektur akan menemukan ilmu baru terhadap arsitektur bangunan yang sangat berbeda dengan yang sudah biasa dibangun.

Selama ini warga masyarakat Pulau Flores sudah terpengaruhi dengan gaya bangunan dengan motif Eropa sementara warga masyarakat Kampung Bena tidak terpengaruhi dengan gaya pembangunan rumah modern sampai di era digital ini.

Saat mengunjungi Kampung Bena, saya bersama dengan staf dari Museum Rekor Dunia Indonesia (Muri) yang pertama kali mengunjungi lembah Jerebu’u bahkan Kabupaten Ngada. Staf Muri ini sangat kagum dengan gaya pembangunan rumah warga masyarakat kampung Bena yang unik.

Satu-satunya kampung adat yang ramai dikunjungi wisatawan asing dan nusantara di bagian tengah pulau Flores adalah Kampung Adat Bena. Bahkan dalam peta pariwisata dunia serta buku panduan guide dunia, Kampung Adat Bena menjadi salah satu tempat tujuan yang harus dikunjungi apabila mengunjungi Pulau Flores.

Setiap turis yang dijumpai di Labuan Bajo, ibu kota Kabupaten Manggarai Barat, yang juga sebagai pintu gerbang pariwisata Pulau Flores dari arah barat selalu mengagendakan untuk mengunjungi Kampung Adat Bena.

Dari Labuan Bajo turis bisa menyewa sepeda motor, bus serta mobil travel yang disewa. Dan juga setiap turis yang dijumpai di Maumere, ibu kota Kabupaten Sikka, yang juga sebagai pintu gerbang pariwisata dari arah Timur tidak pernah terlewatkan untuk mengunjung lembah Jerebu’u untuk melihat Kampung Adat Bena.

Lembah Jerebu’u dengan motif rumah adat memiliki ‘magic’ atau daya pikat bagi wisatawan asing dan nusantara untuk menempatkan diri melihat kampung itu dari dekat. (kps/fn)







Berita Terkait

Baca Juga Kumpulan Berita LIFE

MORE

MOST POPULAR ARTICLE